PENDAHULUAN
Karbohidrat
memegang peranan penting dalam alam karenamerupakan sumber energi utama bagi
manusia dan hewan yang harganyarelatif murah. Semua karbohidrat berasal dari
tumbuh-tumbuhan. Melaluifotosintesis, klorofil tanaman dengan bantuan sinar
matahari mampumembentuk karbohidrat dari karbondioksida berasal dari udara dan
airdari tanah. Protein berdasarkan asalnya dapat dibedakan dua jenis yaitu : (1) Protein
hewani yakni protein yang berasal dari hewan. Protein bersumber dari ikan,
daging, susu, telur, dan sebagainya; (2) Protein nabati yakni protein yang
berasal dari tumbuhan seperti padi-padian, kacang-kacangan, kelapa dan sayuran.
Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang terbesar dari sumber energi yang
lain. Glikolisis merupakan salah satu proses metabolisme yang paling universal
dan terjadi dibanyak jenis sel oraganisme.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pencernaan Karbohidrat
Karbohidrat
adalah senyawa yang mengandung unsur-unsur: C, H, dan O. Dianmakan karbohidarat
karena senyawa-senyawa ini sebagai hidrat dari karbon; dalam senyawa tersebut
perbadingan antara H dan O sering 2 berbanding 1. Karbohidrat merupakan zat
yang mempunyai sifat aktf optik,
sedangkan gliseridaldehid (HOCH2-CHOH-CHO) adalah merupakan induk
karbohidrat (Sastrohamidjojo, 2005).
Pencernaan amilum (karbohidrat majemuk yang
merupakan salah satu komponen utama bahan makanan) secara enzimatik dimulai
dalam mulut. Enzim ptialin atau amilase ludah menghidrolisis amilum menjadi
unit-unit yang lebih kecil yang dikenal sebagai dekstrin-dekstrin dan hanya
sebagian saja yang diubah menjadi maltosa. Ptialin bekerja terus sampai makanan
melewati esofagus. Setelah sampai di almbung, ptialin terinaktifasi karena
suasana asam. Pada suasana asam didalam
lambung, hidrolisis berlangsung sangat lambat sehingga pencernaan karbohidrat
sangat sulit.Pencernaan utama karbohidat terjadi di dalam usus halus dan enzim
yang berperan adalah amilopsin, yaitu enzim amilase yang berasal dari pankreas,
dan enzim-enzim disakaridae yang dihasilkan oleh sel-sel mukosa usus sendiri.
Kerja amilopsin identik dengan kerja ptialin. Namun, waktu di dalam usus lebih
lama maltase sehingga terhidrolisis menjadi glukosa-glukosa. Gula meja, gula
tebu, sakarosa, atau sukrosa akan dipengaruhi oleh enzim sakrase sehingga
terhidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa. Jadi, hasil akhie pencernaan
karbohidrat adalh monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa) yang kemudian
diserap melalui mukosa usus halus, dibawa ke sistem darah vena portal, kemudian
diteruskan ke hati.Penyerapan monosakarida tidak secara difusi pasif sebab
pori-pori mukosa usus halus tidak permeabel terhadap monosakarida larut-air
yang berbobot molekul lebih dari 100. Mekanisme penyerapan monosakarida
sesungguhnya belum diketahui dengan pasti, tetapi terdapat bukti-bukti bahwa
monosakarida diserap secara aktif yang memerlukan energi. Monosakarida yang
paling cepat diserap galaktosa sedangkan tempat kedua diduduki oleh glukosa.
Kecepatan penyerapan fruktosa kira-kira setengah kecepatan penyerapan
galaktosa. Ketiga heksosa ini masuk dalam darah (Sumardjo,
2008).
2.2. Pencernaan Protein
HCL berperan mengaktifkan pepsinogen. Adanya HCl akan
membunuh mikroorganisme yang terdapat dalam makanan serta merubah bentuk fisik
makanan menjadi seperti bubur. Protein dalam makanan yang merupakan molekul
besar dipecah menjadi polipeptida besar atau pepton dengan bantuan enzim pepsin
yang dikeluarkan oleh lambung (Murwani, 2010).Pada pencernaan yang terjadi di bagian
lambung ternak unggas meliputi pengaktifan enzim-enzim oleh HCL serta
hidrolisis protein menjadi senyawa lebih sederhana (Yasin, 2010). Dengan demikian pencernaan
protein dapat diselesaikan dan diabsorbsi ke dalam tubuh, sedangkan
nutrisi yang tidak dicerna yaitu serat kasar yang lewat organ penyerapan utama
akan didegradasi secara fermentatif terutama di sekum (Pratikno, 2011)
Polipeptida besar dipecah lebih lanjut menjadi oligo
peptida dan berbagai peptida kecil dengan bantuan enzim-enzim yang dikeluarkan
oleh pankreas (Murwani, 2010). Kandung
empedu menyimpan garam-garam empedu.
2.3. Lemak
Pengetian umum kata “lemak” (fat) mempunyai arti suatu zat yang tidak
larut dalam air yang dapat dipisahkan dari tanaman atau binatang.Minyak sering
juga disebut juga asam lemak (faty acid).
Secara kimia yang diartiakan dengan lemak adalah trimester dari gliserol yang
disebut gliserida atau lebih tepat trigliserida. (Sastrohamidjojo, 2005).
Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang efisien dan berperan sebagai pelarut
vitamin yang tidak larut dalam air serta sebagai sumber asam lemak esensial.
Lemak merupakan penyusun tumbuhan atau hewan yang dicirikan oleh sifat
kelarutannya (Hart, 2003).
Lemak dibedakan
menjadi dua berdasarkan sumbernya yaitu lemak hewani dan lemak nabati(Sumardjo, 2008).Lemak hewani merupakan zat padat karena unit penyusuannya berupa
asam lemak jenuh rantai panjang, sedangkan lemak nabati merupakan zat cair,
karena pada umumnya mengandung satu atau lebih asam lemak tak jenuh sebagai unit
penyusunannya.Sedangkan penggolongan lemak yang berdasarkan atas senyawa
penyusun esternya, dibagi menjadi tiga, yaitu lemak sederhana, lemak majemuk,
dan derivat lemak (Sastrohamidjojo, 2005).
Dalam mulut tidak terjadi pencernaan lemak
karena tidak terdapat enzim lipase yang mengatalisis proses hidrolisisnya.
Dalam lambung terdapat lipase lambung tetapi enzim ini hanya mampu mencerna
lemak yang mempunyai rantai pendek.Pencernaan lemak sebenarnya terjadi di dalam
usus halus akibat pengaruh enzim steapsin (Sumardjo, 2008).Enzim steapsin yaitu
enzim lipase yang berasal dari penkreas.Enzimini berfungsi sebagai katalis dalam proses hidrolisis
lemak menjadi asam lemak, gliserol, monoasilgliserol dan diasilgliserol(Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).Lemak yang tidak larut dalam air,
terdispersi menjadi butiran lemak berukuran kecil, kemudian mengalami
hidrolisis menjadi digliserida, monogliserida, gliserol, dan asam lemak.Hasil
hidrolisis lemak diubah kembali menjadi lemak.Lemak hasil sintesis ini
dibungkus oleh protein dan butiran-butiran lipo protein yang disebut
kilomikron.Selanjutnya di transfer ke aliran darah melalui sistem limpa, untuk
dibawa ke hati dan jaringan adipose.
2.4. Glikolisis pada Sel
Ragi
Glikolisis merupakan suatu proses yang menyebabkan
terjadinya konversi satu molekul glukosa menjadi dua molekul piruvat.
Glikolisis merupakan jalur metabolisme primitif karena bekerja pada sel yang
paling sederhana sekalipun dan tidak memerlukan oksigen (Ngili,2009).Beberapa
senyawa dapat menghibisi berbagai enzim dalam jalur glikolisis.Tanpa inhibisi
pada enzim,tidak ada ATP yang akan diproduksi dalam reaksi yang dikatalis oleh
fosfogliserat kinase.Ini adalah salah satu reaksi yang dipengaruhi dalam kasus
keracunan arsenik.
Katabolisme anaerobik atau peragian karbohidrat atau
molekul bahan bakar lain memberi cara yang paling sederhana dan rudimenter
untuk menurunkan derajat molekul guna memperoleh energi.Ada dua macam peragian
glukosa yang dekat saling berhubungan yaitu peragian homolaktat atau glikolisis
dan peragian alkoholat.Dalam reaksi anaerob terjadi pengubahan glukosa menjadi
alkohol,CO2 danH2O (Hawab,2004).
MATERI
DAN METODE
Praktikum Biokimia Dasar
dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal23Mei 2013 pukul 07.00- 09.00 WIBdi Laboratorium Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan dan
Pertanian,
Universitas Diponegoro, Semarang.
2.1 Materi
2.1.1 Pencernaan Karbohidrat
Praktikum biokimia dengan materi
pencernaan karbohidrat menggunakan alat yaitu tabung
reaksi sebagai tempat bahan percobaan, rak tabung reaksi sebagai tempat tabung
reaksi, gelas ukur untuk mengukur banyak sedikitnya bahan, pipet tetes untuk mengambil larutan, kertas saring untuk menyaring saliva, corong untuk memasukan saliva
ke dalam gelas ukur, pipet filler dan spluit untuk mengambil larutan dengan volume
yang dikehendaki, cawan poslen untuk meletakan sample, loop untuk mengaduk
sample dan waterbathbersuhu 37º untuk mempercepat reaksi. Menggunakan bahan dalam percobaan pencernaan karbohidrat yaitu larutan amilum 1 %
yang telah dimasak, larutan lugol, larutan HCl 0,1N,larutan HCl 0,45 %, larutan NaOH 0,1N,
larutan NaCl 0,1 %, saliva dan ekstrak pankreas.
2.1.2 Pencernaan Protein
Praktikum biokimia dengan
materi pencernaan potein ini
menggunakan alat-a lat yaitu gelas beker, erlenmeyer, botol plastik, pipet ukur,
pipet filler, spatula, cawan petri, tabung reaksi, label, panci, kompor
listrik,waterbath, rak tabung reaksi
dan nampan. Bahan yang digunakan yaitu
putih telur, pepsin, pepsin panas, EP (Ekstrak Pankreas), EP panas,
Aquades, NaOH dan HCL.
2.1.3 Pencernaan Lemak
Praktikum
biokimia dengan materi pencernaan lemak menggunakanalat yaitu tabung reaksi
untuk tempat mereaksikan bahan, gelas ukur untuk
mengukur larutan, pipet filler dan spluit untuk mengambil larutan dengan volume yang
dikehendaki, pipet tetes untuk mengambil larutan,erlenmeyer untuk mengukur larutan,
rak tabung reaksi untuk tempat tabung reaksi dan waterbathbersuhu 37º untuk mempercepat reaksi. Menggunakan bahan dalam percobaan pencernaan
lemak yaitu minyak goreng, aquades, larutan ekstrak pankreas, cairan empedu,
larutan fenolftaelin (PP) 1 % dan larutan NaOH 0,1N.
2.1.4 Glikolisis pada
Sel Ragi
Praktikum biokimia dengan materi Glikolisis pada Sel
Ragi menggunakan alat yaitu tabung leher angsa untuk mereaksikan larutan,tabung
ukur untuk tempat larutan,gelas ukur untuk tempat larutan,plastik untuk menutup
bagian mulut leher angsa, karet untuk meingikat plastik agar tidak lepas,label untuk
memberi tanda pada tabung leher angsa, stopwatch untuk menghitung waktu dan
alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan. Menggunakan bahan yaitu 20 mL
glukosa, 20 mL ragi,10 mL air dan 10 mL ragi panas.
2.2 Metode
2.2.1 Pencernaan Karbohidrat
2.2.1.1Pencernaan Karbohidrat oleh Enzim Ptialin, melakukan pengumpulan saliva dengan berkumur hingga bersih terlebih
dahulu. Berkumur dengan air biasa sesudah dilakukan, lalu berkumur menggunakan
20 ml NaCl 0,1% selama minimal 1 menit. Menggunakan kertas penyaring, hasil
kumuran 20 ml NaCl 0,1% dan menampung dalam gelas beker. Penyaringan bertujuan
agar sel-sel epitel rongga mulut dan kotoran-kotoran lainnya hilang. Mengambil
tigabuah tabung dan memberinya tabel
nama 1,2,dan 3. Menambahkan 5 ml amilum dan 1 ml air pada tabung 1, menambahkan
5 ml amilum dan 1 ml NaCl pada tabung 2 dan menambahkan 5 ml amilum dan 1 ml
saliva pada tabung 3. Tiga tabung yang sudah disiapkan tersebut dimasukan dalam
waterbath dengan suhu 37 0C . Mengambil 2 tetes larutan dari
masing-masing tabung reaksi dalam setiap 15 menit dan menetesi larutan lugol
sebanyak 2 tetes dan melakukan 3 kali pengambilan tersebut, Mencatat hasil
praktikum pada tabel hasil pengamatan.
2.2.1.2 Pencernaan Karbohidrat oleh Ekstrak
Pankreas (EP), menyiapkan 3 buah tabung yang diberi
tabel nama 4, 5 dan 6. Pada tabung 4 memasukan
5 ml larutan amilum, 2 ml ekstrak pancreas dan 1 ml air. Didalam tabung
5 memasukan 5 ml amilum, 2 ml ekstrak pankreas dan 1 ml HCl 0,1N. Pada tabung 6
memasukan 5 ml amilum, 2 ml ekstrak pancreas dan 1 ml NaOH 0,1N. Memasukan
ketiga tabung tersebut dalam waterbath 37 0C . Setiap 15 menit
sebanyak tiga kali, melakukan pengujian iod dengan mengambil 2 tetes tiap 15
menitnya hingga 15 menit ketiga, dengan mencampurkan 2 tetes lugol, Mencatat
hasil praktikum pada tabel hasil
pengamatan.
2.2.2 Pencernaan
Protein
2.2.2.1.Pencernaan Protein oleh Pepsin, menggunakan perlakuan reaksi yang berbeda beda. Dalam uji ini,
terlebih dahulu mempersiapkan 3 tabung, yaitu D,E dan F. Tabung D diisi dengan
filtrat telur 1mm3, pepsin 2 ml dan air 1 ml, tabung E diisi dengan
filtrat telur 1mm3, pepsin 2 ml dan HCl 0,45% 1 ml, sedangkan tabung
F diisi dengan filtrat telur 1 mm3, pepsin panas 2 ml dan HCl 0,45%
1 ml. Masing-masing tabung kemudian digojok dengan arah membentuk angka
delapan, serta menutup bagian mulut tabung menggunakan ibu jari selama beberaa
saat. Setelah menggojok, kemudian menginkubasi dengan suhu 36-40 oC
selama 30 menit.Setelah selesai inkubasi, maka melakukan pengamatan sesuai buku
petunjuk praktikum.
2.2.2.2. Pencernaan Protein oleh Ekstrak Pankreas, menggunakan perlakuan reaksi yang berbeda beda. Dalam uji ini,
terlebih dahulu mempersiapkan 3 tabung, yaitu G,H dan I. Tabung G diisi dengan
filtrat telur 1mm3, EP 2 ml dan air 1 ml, tabung E diisi dengan
filtrat telur 1mm3, EP 2 ml dan NaOH 0,1 N 1 ml, sedangkan tabung F
diisi dengan filtrat telur 1 mm3, EP panas 2 ml dan NaOH 0,1 N 1 ml.
Masing-masing tabung kemudian digojok dengan arah membentuk angka delapan,
serta menutup bagian mulut tabung menggunakan ibu jari selama beberaa saat.
Setelah menggojok, kemudian menginkubasi dengan suhu 36-40 oC selama
30 menit.Setelah selesai inkubasi, maka melakukan pengamatan sesuai buku
petunjuk praktikum.
2.2.3Pencernaan
Lemak
Percobaan pencernaan lemak oleh ekstrak pankreas yaitu
dengan menyiapkan 3 buah tabung dan memberi label nama tabung A, tabung B, dan tabung
C. Mengisi tiga buah tabung tersebut masing-masing 2 ml minyak goreng.
Menambahkan tabung A dengan 1 ml air, menambahkan tabung B dengan 1 ml ekstrak
pankreas, menambahkan tabung C ml 1 ekstrak pankreas dan 3 tetes empedu.Menggojok
masing – masing tabung hingga larutan menjadi homogen. Memasukan tiga buah
tabung yang sudah siap tersebut ke dalam waterbath dengan suhu 37 0C selama 30 menit. Setelah itu melakukan
pengujian dengan menambahkan 5 tetes PP 1% ke dalam masing – masing tabung dan
menggojok hingga homogen. Kemudian tabung Aditetesi NaOH sebanyak 1 tetes
hingga berwarna merah muda. Menambahkan NaOH setetes demi setetes pada tabung B
dan C hingga warnanya sama dengan tabung A. Mencatat hasil praktikum pada
tabel hasil pengamatan.
2.2.4 Glikolisis Oleh Sel Ragi
Percobaan pencernaan Glikolisis Oleh Sel Ragimenyiapkan 3 buah tabung reaksi dan member label pada setiap tabung
reaksi.Memasukka 10 ml glukosa dan 10 ml ragi kedalam tabung leher angsa no
1.Kemudian menggojoknya dan menutup dengan plastik yang diikat denagn
karet.Memasukkan 10 ml air dan 10 ml ragi kedalam tabung leher angsa no 2,
kemudian menggojog dan menutup dengan plastik yang diikat karet. Memasukkan 10
ml glukosa dan 10 ml ragi panas kedalam tabung leher angsa no 3, kemudian
menggojog dan menutup dengan plastik yang diikat karet.Mendiamkan selama 30
menit kemudian mengamati perubahan yang terjadi dan menulisnya dalam setiap
lembar pengamatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pencernaan Karbohidrat
3.1.1. Pencernaan Karbohidrat oleh Enzim Ptialin
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan
data setelah pengujian sebagai berikut :
Tabel 1.Hasil Percobaan Pencernaan Karbohidrat oleh Enzim Ptialin
|
Reagen yang dimasukkan
|
Inkubasi
|
Reaksi
(+/-)
|
|||
|
15’
|
30’
|
45’
|
60’
|
||
1
|
5 ml amilum + 1 ml Air
|
Biru kehitaman
|
Biru kehitaman
|
Biru kehitaman
|
Biru kehitaman
|
-
|
2
|
5 ml amilum + 1 ml NaCl
|
Biru kehitaman
|
Biru kehitaman
|
Biru kehitaman
|
Biru kehitaman
|
-
|
3
|
5 ml amilum + 1 ml Saliva
|
Kuning
|
Kuning
|
Kuning
|
Kuning
|
+
|
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia Dasar, 2013.
Berdasarkan hasil
praktikum, pencernaan karbohidrat bahwa enzim ptyalin dihasilkan pada tabung 1
reaksi berlangsung negative (-) dengan ditunjukkan dengan warna biru kehitaman
setelah direaksikan dengan larutan iod karena amilum tidak dapat larut oleh
air, air tidak dapat memecah ikatan monosakarida, dank arena tidak ada enzim
yang bekerja untuk memecah amilum. Tabung 2 berlangsung reaksi negative dengan
ditunjukan dengan warna biru kehitaman setelah direaksikan dengan larutan iod,
karena amilum tidak dapat larut dalam air, air tidak dapat memecah ikatan
polisakarida, NaCl bersifat netral dan tidak ada enzim yang bekerja untuk
memecah amilum. Tbung 3 berlangsung reaksi positif dengan ditunjukan oleh warna
kuning setelah direaksikan dengan larutan iod, karena saliva mengandung enzim
ptyalin yang mampu memecah amilum menjadi glukosa.Hal ini sesuai dengan
pendapat Mayes (2003) yang menyakan bahwa didalam saliva terdapat enzim ptyalin
yang mampu menghidrolisis pati atau amilum menjadi dekstrin dan maltose mulai
dari rongga mulut sampai usus.idapatkan hasil perubahan warna yang berbeda pada
15 menit pertama hingga 15 menit ketiga. Setelah ditetesi larutan Iod, tabung 1
dan 2 mengalami perubahan warna menjadi biru kehitaman.Perubahan warna tersebut
menunjukan sampel bereaksi negatif.Hal ini terjadi karena adanya
amilum pada kelenjar saliva karena didalam saliva terdapat enzim ptialin yang
berfungsi untuk menghidrolisis atau mencerna pati menjadi dekstrin dan maltosa.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sumardjo
(2009) bahwa di dalam usus proses pencernaan pati akan
dilanjutkan oleh getah pankreas dan getah usus yang mengandung enzim-enzim
amilase yang dapat menghidrolisis pati atau dekstrin atau maltosa menjadi
glukosa. Sedangkan pada tabung 3mengalami
perubahan warna menjadi kuning. Perubahan warna tersebut menunjukan sampel
tersebut bereaksi positif. Hal ini dikarenakan
pada tabung 3 ketika saliva dipanaskan maka saliva tersebut terdenaturasi karena saliva
tersebut mengandung enzim amilase. Pada tabung saliva yang tercampur dengan larutan HCl
(asam) maka saliva tersebut tidak terhidrolisis sehingga tidak dapat bekerja
secara optimal karena Ph terlalu rendah
3.1.2. Pencernaan Karbohidrat
oleh Ekstrak Pankreas
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan
data setelah pengujian sebagai berikut :
Tabel 2.Hasil Pencernaan Karbohudrat oleh Ekstrak Pankreas
Tb
|
Reagen yang dimasukkan
|
Inkubasi
|
Reaksi
(+/-)
|
|||
|
15’
|
30’
|
45’
|
60’
|
||
4
|
5 ml amilum + 2 ml EP +1 ml Air
|
Kuning
|
Kuning
|
Kuning
|
merah bata
|
+
|
5
|
5 ml amilum + 2 ml EP
+ 1 ml HCl 0,1 N |
Biru kehitaman
|
Hitam
|
Hitam kekuningan
|
Hitam kekuningan
|
-
|
6
|
5 ml amilum + 2 ml EP + 1 ml NaOH 0,1 N
|
Biru kehitaman
|
Ungu
|
Ungu
|
Ungu
|
+
|
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia Dasar, 2013.
Berdasarkanpraktikum
pencernaan karbohidrat menunjukkan bahwa pada tabung 4 pencernaan karbohidrat
positif denagn ditunjukkan oleh warna kuning setelah direaksikan denagn larutan
iod, karena ekstak pancreas menghasilkan enzim amylase pancreas sehingga dapat
mencerna amilum.Amilum terhidrolisis oleh adanya enzim atau ekstatk pancreas
serta adanya pemanasan denagn suhu 37oC yang sesuai dengan pendapat (Corwin,
2007) bahwa enzim amylase pancreas mengubah amilum menjadi amilodekstrin
kemudian eritodekstrin selanjutnya akrodekstrin dan terakhir maltosa. Pada
tabung 5 hasil pencernanna karbohidrat menunjukkan hasil denagn ditunjukkan
oleh warna biru kehitaman setelah direaksikan denagn larutan iod, karena HCl
mempunyai suasana sama sehingga tidak dapat membantu kinerja dari ekstrak
pancreas dan tidak dapat mencerna amilum. Pada tabung 6 pencernanna karbohidrat
menunjukkan hasil positif denagn ditunjukkan oleh warna ungu setelah
direaksikan denagn iod, karena NaOH mempunyai suasana basa sehingga NaOH
membantu kinerja dari ekstrak pancreas.Hal ini sesuai denagn pendapat
Sumardjo (2009) yang menyatakan bahwa kerja enzim protelitik ini paling baik
dalam suasana basa.
hasil pengamatan, pada tabung 4 reaksi positif karena EP (Ekstrak Pankreas) mengandung enzim
amilase pankreas ditambah
air jadi suasananya netral. Sumardjo (2009) berpendapatbahwa di dalam usus proses pencernaan pati akan dilanjutkan oleh
getah pankreas dan getah usus yang mengandung enzim-enzim amilase yang dapat
menghidrolisis pati atau dekstrin atau maltosa menjadi glukosa. Sedangkan pada
tabung5 adalah percobaan pencernaan amilum masak oleh ekstrak pankreas
dihasilkan berwarna hitam kekuningan dengan warna awal jernih sebelum
diteteskan larutan iod dan dimasukkan kedalam waterbath 370C dan
bereaksi negatif.Hal ini terjadi karena adanya pankreatik amilase yang
terhidrolisis didalam usus halus.Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Poedjiadi dan Supriyanti
(2006) bahwa enzim ptialin bekerja secara optimal pada pH 6,6. Enzim ptialin
mulai tidak aktif pada pH 4,0 karena setelah makanan ditelan dan masuk kedalam
lambung, proses hidrolisis oleh enzimptialin tidak berjalan lebih lama lagi. Pada
tabung 6 mengalami reaksi positif karena
ditambahkan larutan NaOH 0,1 N (basa) maka
tidak akan terjadi proses hidrolisis.
3.2 PencernaanProtein
3.2.1 Pencernaan Protein oleh Pepsin
Pada percobaan
pencernaan protein oleh pepsin diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 3.Hasil Percobaan
Pencernaan oleh Pepsin
|
||
Tabung
|
Reagen yang dimasukkan
|
Inkubasi
|
30'
|
||
D
|
Protein + 2 ml pepsin + 1 ml Air
|
negatif (-)
|
E
|
Protein + 2 ml pepsin + 1 ml HCl 0,45%
|
positif (+)
|
F
|
Protein + 2 ml pepsin panas + 1 ml HCl 0,45%
|
negatif (-)
|
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Pada percobaan tabung D dengan hanya menambahkan pepsin
dan air, pepsin tidak bekerja. Hal ini dikarenakan oleh enzim pepsin hanya
aktif dan dapat bekerja pada kondisi asam. Sesuai pendapat (Yasin, 2010) bahwa
pada pencernaan di bagian lambung ternak unggas, terjadi pengaktifan
enzim-enzim oleh HCL. Hal ini berarti, bahwa keadaan asam yang disebabkan oleh
HCL akan mengaktifkan enzim pepsin. Pada tabung D, filtrat telur masih
terlihat/ tidak larut sehingga hasilnya negatif (-). Hal ini dapat terjadi
karena pada tabung D yang tanpa HCl, enzim pepsin tidak aktif dan tidak mampu memecah
protein. Pada tabung E, pepsin dapat bekerja karena dengan menambahkan HCl,
suasananya menjadi asam. Percobaan tabung E hasilnya (+), dengan bukti filtrate
putih telur dapat terlarut. Hal ini diperkuat dengan pendapat Pratikno (2011),
bahwa pada tubuh ternak, pepsinogen diaktifkan menjadi pepsin oleh HCl dan
disekresikan oleh sel-sel parietal. Pepsin ini melakukan pemecahan protein
menjadi asam amino. Pada tabung F, dengan menambahkan enzim pepsin panas
ternyata tidak dapat melarutkan protein/ ekstrak telur karena enzim pepsin
menjadi rusak oleh adanya panas dan tidak dapat memecah protein, sehingga
hasilnya negative (-). Hal ini diperkuat dengan pendapat Murwani (2010) bahwa
protein dalam makanan yang merupakan molekul besar dipecah menjadi polipeptida
besar atau pepton dengan bantuan enzim pepsin yang dikeluarkan oleh lambung.
Pada tabung F, telur yang tidak larut menunjukkan bahwa enzim tidak bekerja.
Sebagaimana yang telah diulas tadi, pepsin hanya bekerja pada kondisi asam.
Maka ketika pepsin dipanaskan, justru enzim menjadi rusak dan tidak dapat
bekerja. Enzim pepsin bekerja pada suhu tubuh/ruangan.
3.2.2.Pencernaan Protein
oleh Ekstrak Pankreas
Pada percobaan pencernaan protein oleh Ekstrak Pankreas diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 4.Hasil Pencernaan Protein oleh Ekstrak Pankreas
Tabung
|
Reagen yang dimasukkan
|
Inkubasi
|
30'
|
||
G
|
Protein + 2 ml EP + 1 ml Air
|
negatif (-)
|
H
|
Protein + 2 ml EP + 1 ml NaOH 0,1 N
|
positif (+)
|
I
|
Protein + 2 ml EP panas + 1 ml NaOH 0,1 N
|
negatif (-)
|
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia,
2013.
Pada percobaan
tabung G fdengan hanya menambahkan EP dan air ke tabung berisi filtrate, hasil
reaksinya negative (-), dengan bukti filtrate berwarna keruh dan tidak larut.
Ekstrak pankreas hanya dapat berfungsi pada kondisi basa sehingga pada tabung
H, hasilnya positif (+) ditunjukkan dengan filtrat telur yang dapat larut oleh
adanya basa NaOH 0,1 N. Hal ini sesuai dengan pendapat Pratikno (2011), bahwa
cairan pankreas bersifat basa dan menetrlalkan asam dari lambung. Getah ini
mengandung beberapa enzim yang bersifat sebagai katalis dalam pemecahan bahan
yang kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Pada percobaan tabung H
terbukti bahwa basa NaOH mampu membantu EP dalam memecah protein filtrate telur
yang komplek menjadi protein sederhana yang terlarut. Fungsi pankreas mirip
dengan cairan empedu, mengandung sejumlah garam sebagai hasil dari pencampuran
antara natrium. Garam-garam basa dapat membantu dalam menciptakan suasana yang
lebih alkalis dalam usus halus (chyme
intestinal). Sesuai dengan hasil mengamati percobaan, terbukti bahwa EP
dapat bekerja pada kondisi basa, dengan menambahkan NaOH (tabung H). hal ini
diperkuat oleh Murwani (2010), bahwa polipeptida besar dipecah menjadi oligo
peptida dan berbagai peptida kecil dengan bantuan enzim-enzim yang dikeluarkan
oleh pankreas. Pada tabung I, EP panas tidak aktif/bekerja karena EP panas
justru rusak sehinggahasilnya negatif (-). Kesimpulannya, EP hanya dapat bekerja
pada kondisi suhu tubuh/ruangan dan dengan suasana basa.
3.3 PencernaanLemak
Dari praktikum yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh setelah
melakukan pengujian terdapat pada tabel dibawah ini :
Tabel
5.Hasil Percobaan Pencernaan lemak oleh ekstrak pankreas
Tabung
|
Reagen yang dimasukkan
|
Inkubasi
|
30'
|
||
A
|
2 ml Minyak Goreng + 1 ml Air
|
1 tetes
(-)
|
B
|
2 ml Minyak Goreng + 1 ml EP
|
12 tetes
(-)
|
C
|
2 ml Minyak Goreng + 1 ml EP + 3
tetes empedu
|
53 tetes
(+)
|
Sumber: Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Tabung
A membutuhkan 1 tetes NaOH karena lemak tidak dicerna oleh air dan ini
menunjukan bahwa hasil reaksi negatif (-). Dan tabung A digunakan sebagai
indicator pada reaksi tabung B dan C. Hawab (2003) berpendapat bahwa bila asam
lemak bereaksi dengan NaOH encer maka akan terbentuk sabun Na-lemak. Asam lemak
dalam larutan NaOH encer akan membentuk misel, yaitu sekelompok Na-lemak yang
melindungi bagian nonpolar dari molekul air sedangkan bagian polarnya berada
dekat dengan molekul air. Poedjiadi dan
Supriyanti (2006) menambahkan bahwa pada rantai hidrokarbon yang non polar bersifat hidrofobik artinya tidak suka air
atau tidak mudah larut dalam air.Asam lemak tidak terhidrolisis maka dari itu
hanya sedikt NaOH yang dibutuhkan yaitu 1 tetes untuk merubah larutan yang
ditambah PP yang sifatnya basa sehingga menjadi berwarna merah muda.Semakin
banyak larutan NaOH yang dibutuhkan untuk menetralisir, semakin banyak pula
asam lemak yang di bebaskan.
Tabung
B membutuhkan 12 tetes NaOH untuk menyamakan warna dengan tabung Akarena
ekstrak pankreas mengandung enzim lipase yang membantu pencernaan lemak. Lemak
terhidrolisis oleh enzin lipase yang terdapat pada pankreas.Martoharsono (2006)
menyatakan bahwa hidrolisis lemak dan basa menghasilkan gliserol dan garam asam
lemak. Sumardjo(2008) menambahkan bahwa
pencernaan lemak secara enzimatik yang sebenarnya terjadi di dalam usus
halus akibat pengaruh steapsin. Steapsin yaitu enzim lipase yang berasal dari
pankreas.
Tabung
C membutuhkan 53 tetes NaOH karena cairan empedu berperan sebagai emulsifier
lemak, sehingga menjadi suspensi dalam air.Banyaknya NaOH yang dibutuhkan
menujukan bahwa banyak asam lemak yang dibebaskan atau dicerna. Garam-garam
empedu, seperti natrium taurokolat dan natriun glikokolat yang masuk ke dalam
usus, dapat membantu proses emulsifikasi lemak (Sumardjo, 2008). Poedjiadi dan
Supriyanti (2006) menambahkan bahwa garam empedu merupakan komponen utama dalam
empedu, dan berfungsi sebagai emulgator yaitu suatu zat yang menyebabkan
kestabilan suatu emulsi.Sehingga lemak yang tidak larut dalam air terdispersi
menjadi butiran lemak yang berukuran kecil.
3.4.1. Pencernaan
Glikolisis pada Sel Ragi
Berdasarkan hasil praktikum pencernaan glikolisis oleh
sel ragi, maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 6.Hasil Percobaan
Glikolisis oleh Sel Ragi
Tabung
|
Reagen
yang dimasukkan
|
Inkubasi 30’
|
1
|
10 mL glukosa
+ 10 mL ragi
|
+
|
2
|
10 mL air + 10
mL ragi
|
-
|
3
|
10 mL glukosa
+ 10 mL ragi panas
|
-
|
Sumber: Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Berdasarkan data
di atas menunjukkan bahwa tabung leher angsa pertama yang berisi larutan 10 mL
glukosa dan 10 mL ragi menunjukkan hasil positif (+) karena terlihat adanya
gelembung-gelembung udara yang mengandung CO2. Ngili (2009)
menyatakan bahwa CO2 merupakan salah satu hasil fermentasi ragi
dimana ragi mengubah glukosa menjadi piruvat, kemudian jika ada oksigen yang
masuk maka ragi akan mengoksidasi piruvat menjadi CO2. Dan
ditambahkan dengan pendapat Hawab (2004) menyatakan bahwa dalam reaksi aerob
terjadi pengubahan glukosa menjadi alkohol, CO2, dan H2O.
Tabung leher angsa kedua berisi 10 mL air dan 10 mL ragi menunjukkan reaksi
negatif dengan gelembung sedikit yang dimungkinkan masih ada udara saat
memasukkan reagen dan tidak ada substrat. Hal tersebut terjadi karena air tidak
mengandung energi, sedangkan ragi merupakan mikroorganisme. Air dan ragi jika
dicampurkan tidak dapat menghasilkan katabolisme, sehingga gelembung yang
muncul hanya sedikit dan bukan dari proses glikolisis melainkan hasil respirasi
ragi yang merupakan mikroorganisme. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sastrohamidjojo (2005) yang menyatakan bahwa ragi akan bereaksi pada
bahan-bahan yang mengandung gula, sedangkan aquades tidak mengandung gula. Tabung leher angsa ketiga yang
berisi 10 mL glukosa + 10 mL ragi panas menunjukkan hasil negatif (-) karena
pada tabung keher angsa ketiga tidak terdapat gelembung udara dan mengandung
ragi panas. Ragi yang berfungsi sebagai enzim sudah mati akibat dipanaskan. Hal
ini sesuai pendapat Lehninger (1994) bahwa pada glikolisis hampir semua tahapan
dikatalisis oleh enzimatik tetapi pada ragi panas enzim tersebut mati sehingga
tidak dapat memecah glukosa.
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1. Kesimpulan(KESIMPULAN DISESUAIKAN
PEMBAHASAN –KH – PROTEIN – LEMAK - GLIKOLISIS
4.2. Saran
Saran yang dapat diberikan ialah praktikan lebih
berhati-hati dalam pengambilan larutan kimia serta melakukan praktikum lebih
teliti agar mendapatkan hasil yang valid.
Hawab, H. M. 2003. Pengantar Biokimia.
Banyumedia Publishing, Malang.
Hawab, H. M. 2004. Pengantar Biokimia.
Banyumedia Publishing, Malang.
Hart,
Harold. 2003. Kimia Organik. Erlangga, Jakarta.
Kusnandar,
F. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. Jakarta. PT Dian Karya.
Legowo, A. M., dkk. 2009. Ilmu Teknologi Susu.Jawa Tengah. BP Undip Semarang.
Martoharsono, Soeharsono. 2006. Biokimia 1. Gadjah
Mada University Press,Yogyakarta.
Murwani,
Retno. 2010. Modul Biokimia, Protein & Asam Nukleat. Laboratorium Biokimia
Nutrisi, Jurusan Nutrisi & Makanan Ternak, Undip.
Ngili, Y. 2009. Biokimia Struktur dan Fungsi Biomolekul. Graham Ilmu,Yogyakarta.
Poedjiadi, A. dan Supriyanti. 2006.
Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia.
Pratikno, Herry. 2011. Lemak Abdominal Ayam Broiler (Gallus
sp.) Karena Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica Vahl.). Bioma, Vol.13 No.1s
Riswiyanto. 2003. Kimia Organik. Erlangga.
Jakarta.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Organik.
Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Soeparno., Rihastuti, R. A.,
Indratiningsih., dan Suharjono, T. 2011. Dasar
Teknologi Hasil Ternak. Yogyakarta. Gajah Mada Universitas Press.
Sumardjo, D. 2008. Pengantar Kimia. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGT.
Yasin,
Ismail. 2010. Pencernaan Serat Kasar Pada Ternak Unggas.Jurnal Ilmiah Inkoma, Vol. 21, no. 3 hal:
125-135
Lampiran 1.
Gambar Alat dan Fungsi
1. Tabung
reaksi
|
tempat mereaksikan bahan kimia.
|
2.
|
untuk menempatkan tabung reaksi dengan teratur.
|
3.
|
digunakan untuk mengambil suatu zat cair yang akan digunakan untuk
praktikum.
|
4. Gelas
beker
|
wadah penampung yang digunakan untuk mengaduk, mencampur, dan
memanaskan cairan yang biasanya digunakan dalam laboratorium.
|
5.
Gelas ukur
|
untuk mengukur banyaknya larutan atau cairan yang akan digunakan
dalam praktikum.
|
6.
|
untuk memanaskan
cairan.
|
7.
cawan
porseline
|
Untuk meletakkan sample
|
8.
pipet filter
|
Untuk mengambil
larutan dengan volume 5 mL dan 1 mL.
|
9. Rak Tabung Reaksi
|
Untuk meletakkan tabung
reaksi.
|
10.
Spluit
|
Untuk mengambil larutan.
|
11.
Pilet
|
Untuk mengaduk larutan
|
12. Corong
|
Untuk memindahkan bahan
agar tidak tumpah
|
13. Cawan
Petri
|
Cawan petri untuk
meletakkan sample, larutan
|
Lampiran 2. Hasil Percobaan
Pencernaan Karbohidrat
Tabel 1.Hasil Percobaan Pencernaan Karbohidrat oleh Enzim Ptialin
|
Reagen yang dimasukkan
|
Inkubasi
|
Reaksi
(+/-)
|
|||
|
15’
|
30’
|
45’
|
60’
|
||
1
|
5 ml amilum + 1 ml Air
|
Biru kehitaman
|
Biru kehitaman
|
Biru kehitaman
|
Biru kehitaman
|
-
|
2
|
5 ml amilum + 1 ml NaCl
|
Biru kehitaman
|
Biru kehitaman
|
Biru kehitaman
|
Biru kehitaman
|
-
|
3
|
5 ml amilum + 1 ml Saliva
|
Kuning
|
Kuning
|
Kuning
|
Kuning
|
+
|
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Tabel 1.Hasil Percobaan Pencernaan Karbohidrat oleh Enzim Ptialin
|
Reagen yang dimasukkan
|
Inkubasi
|
Reaksi
(+/-)
|
|||
|
15’
|
30’
|
45’
|
60’
|
||
1
|
5 ml amilum + 1 ml Air
|
Biru kehitaman
|
Biru kehitaman
|
Biru kehitaman
|
Biru kehitaman
|
-
|
2
|
5 ml amilum + 1 ml NaCl
|
Biru kehitaman
|
Biru kehitaman
|
Biru kehitaman
|
Biru kehitaman
|
-
|
3
|
5 ml amilum + 1 ml Saliva
|
Kuning
|
Kuning
|
Kuning
|
Kuning
|
+
|
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Lampiran 3. Hasil
Percobaan Pencernaan Protein
Tabel 3.Pencernaan Protein oleh Pepsin
Tabung
|
Reagen yang dimasukkan
|
Inkubasi
|
30'
|
||
D
|
Protein + 2 ml pepsin + 1 ml Air
|
negatif (-)
|
E
|
Protein + 2 ml pepsin + 1 ml HCl 0,45%
|
positif (+)
|
F
|
Protein + 2 ml pepsin panas + 1 ml HCl 0,45%
|
negatif (-)
|
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Tabel 4. Pencernaan Protein oleh Ekstrak Pankreas
Tabung
|
Reagen yang dimasukkan
|
Inkubasi
|
30'
|
||
G
|
Protein + 2 ml EP + 1 ml Air
|
negatif (-)
|
H
|
Protein + 2 ml EP + 1 ml NaOH 0,1 N
|
positif (+)
|
I
|
Protein + 2 ml EP panas + 1 ml NaOH 0,1 N
|
negatif (-)
|
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia,
2013.
Lampiran 4. Hasil
Percobaan Pencernaan Lemak
Tabel
5. Pencernaan lemak oleh ekstrak pancreas
Tabung
|
Reagen yang dimasukkan
|
Inkubasi
|
30'
|
||
A
|
2 ml Minyak Goreng + 1 ml Air
|
1 tetes
(-)
|
B
|
2 ml Minyak Goreng + 1 ml EP
|
12 tetes
(-)
|
C
|
2 ml Minyak Goreng + 1 ml EP + 3
tetes empedu
|
53 tetes
(+)
|
Sumber: Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Lampiran 5. Hasil
percobaan Pencernaan Glikolisis pada Sel Ragi
Tabel 6.Hasil Percobaan
Glikolisis oleh Sel Ragi
Tabung
|
Reagen yang dimasukkan
|
Inkibasi 30’
|
1
|
10 mL glukosa
+ 10 mL ragi
|
+
|
2
|
10 mL air + 10
mL ragi
|
-
|
3
|
10 mL glukosa
+ 10 mL ragi panas
|
-
|
Sumber: Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Lampiran 6. Fotocopy Hasil Percobaan
Pencernaan Karbohidrat
Lampiran 7. Fotocopy Hasil Percobaan
Pencernaan Protein
Lampiran 8. Fotocopy Hasil Percobaan Pencernaan Lemak
Lampiran 9. Fotocopy Hasil
PercobaanPencernaan Glikolisis oleh Sel Ragi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar