Jumat, 29 Mei 2015

lapran biokimia

BAB I
PENDAHULUAN
Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karenamerupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan yang harganyarelatif murah. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Melaluifotosintesis, klorofil tanaman dengan bantuan sinar matahari mampumembentuk karbohidrat dari karbondioksida berasal dari udara dan airdari tanah. Protein berdasarkan asalnya dapat dibedakan dua jenis yaitu : (1) Protein hewani yakni protein yang berasal dari hewan. Protein bersumber dari ikan, daging, susu, telur, dan sebagainya; (2) Protein nabati yakni protein yang berasal dari tumbuhan seperti padi-padian, kacang-kacangan, kelapa dan sayuran. Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang terbesar dari sumber energi yang lain. Glikolisis merupakan salah satu proses metabolisme yang paling universal dan terjadi dibanyak jenis sel oraganisme.
Manfaat dari praktikum Biokimia ini adalah praktikan dapat mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi proses pencernaan karbohidrat, protein, dan lemak, serta penentuan kadar asam total. Tujuan dari diadakannya praktikum Biokimia adalah untuk mengetahui proses pencernaan karbohidrat oleh saliva, pencernaan karbohidrat amilum masak oleh ekstrak pankreas, pencernaan karbohidrat amilum masak oleh asam, pencernaan protein oleh pepsin, pencernaan protein oleh ekstrak pankreas, pencernaan lemak oleh ekstrak pankreas, penentuan kadar asam asetat, dan penentuan kadar asam laktat.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pencernaan Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa yang mengandung unsur-unsur: C, H, dan O. Dianmakan karbohidarat karena senyawa-senyawa ini sebagai hidrat dari karbon; dalam senyawa tersebut perbadingan antara H dan O sering 2 berbanding 1. Karbohidrat merupakan zat yang mempunyai  sifat aktf optik, sedangkan gliseridaldehid (HOCH2-CHOH-CHO) adalah merupakan induk karbohidrat (Sastrohamidjojo, 2005).
   Pencernaan amilum (karbohidrat majemuk yang merupakan salah satu komponen utama bahan makanan) secara enzimatik dimulai dalam mulut. Enzim ptialin atau amilase ludah menghidrolisis amilum menjadi unit-unit yang lebih kecil yang dikenal sebagai dekstrin-dekstrin dan hanya sebagian saja yang diubah menjadi maltosa. Ptialin bekerja terus sampai makanan melewati esofagus. Setelah sampai di almbung, ptialin terinaktifasi karena suasana asam. Pada suasana  asam didalam lambung, hidrolisis berlangsung sangat lambat sehingga pencernaan karbohidrat sangat sulit.Pencernaan utama karbohidat terjadi di dalam usus halus dan enzim yang berperan adalah amilopsin, yaitu enzim amilase yang berasal dari pankreas, dan enzim-enzim disakaridae yang dihasilkan oleh sel-sel mukosa usus sendiri. Kerja amilopsin identik dengan kerja ptialin. Namun, waktu di dalam usus lebih lama maltase sehingga terhidrolisis menjadi glukosa-glukosa. Gula meja, gula tebu, sakarosa, atau sukrosa akan dipengaruhi oleh enzim sakrase sehingga terhidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa. Jadi, hasil akhie pencernaan karbohidrat adalh monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa) yang kemudian diserap melalui mukosa usus halus, dibawa ke sistem darah vena portal, kemudian diteruskan ke hati.Penyerapan monosakarida tidak secara difusi pasif sebab pori-pori mukosa usus halus tidak permeabel terhadap monosakarida larut-air yang berbobot molekul lebih dari 100. Mekanisme penyerapan monosakarida sesungguhnya belum diketahui dengan pasti, tetapi terdapat bukti-bukti bahwa monosakarida diserap secara aktif yang memerlukan energi. Monosakarida yang paling cepat diserap galaktosa sedangkan tempat kedua diduduki oleh glukosa. Kecepatan penyerapan fruktosa kira-kira setengah kecepatan penyerapan galaktosa. Ketiga heksosa ini masuk dalam darah (Sumardjo, 2008).

2.2. Pencernaan Protein
HCL berperan mengaktifkan pepsinogen. Adanya HCl akan membunuh mikroorganisme yang terdapat dalam makanan serta merubah bentuk fisik makanan menjadi seperti bubur. Protein dalam makanan yang merupakan molekul besar dipecah menjadi polipeptida besar atau pepton dengan bantuan enzim pepsin yang dikeluarkan oleh lambung (Murwani, 2010).Pada pencernaan yang terjadi di bagian lambung ternak unggas meliputi pengaktifan enzim-enzim oleh HCL serta hidrolisis protein menjadi senyawa lebih sederhana (Yasin, 2010). Dengan demikian pencernaan  protein dapat diselesaikan dan diabsorbsi ke dalam tubuh, sedangkan nutrisi yang tidak dicerna yaitu serat kasar yang lewat organ penyerapan utama akan didegradasi secara fermentatif terutama di sekum (Pratikno, 2011)
Polipeptida besar dipecah lebih lanjut menjadi oligo peptida dan berbagai peptida kecil dengan bantuan enzim-enzim yang dikeluarkan oleh pankreas (Murwani, 2010).  Kandung empedu  menyimpan garam-garam empedu.

2.3. Lemak
            Pengetian umum kata “lemak” (fat) mempunyai arti suatu zat yang tidak larut dalam air yang dapat dipisahkan dari tanaman atau binatang.Minyak sering juga disebut juga asam lemak (faty acid). Secara kimia yang diartiakan dengan lemak adalah trimester dari gliserol yang disebut gliserida atau lebih tepat trigliserida. (Sastrohamidjojo, 2005). Lemak berfungsi sebagai sumber energi yang efisien dan berperan sebagai pelarut vitamin yang tidak larut dalam air serta sebagai sumber asam lemak esensial. Lemak merupakan penyusun tumbuhan atau hewan yang dicirikan oleh sifat kelarutannya (Hart, 2003).

            Lemak dibedakan menjadi dua berdasarkan sumbernya yaitu lemak hewani dan lemak nabati(Sumardjo, 2008).Lemak hewani merupakan zat padat karena unit penyusuannya berupa asam lemak jenuh rantai panjang, sedangkan lemak nabati merupakan zat cair, karena pada umumnya mengandung satu atau lebih asam lemak tak jenuh sebagai unit penyusunannya.Sedangkan penggolongan lemak yang berdasarkan atas senyawa penyusun esternya, dibagi menjadi tiga, yaitu lemak sederhana, lemak majemuk, dan derivat lemak (Sastrohamidjojo, 2005).
 Dalam mulut tidak terjadi pencernaan lemak karena tidak terdapat enzim lipase yang mengatalisis proses hidrolisisnya. Dalam lambung terdapat lipase lambung tetapi enzim ini hanya mampu mencerna lemak yang mempunyai rantai pendek.Pencernaan lemak sebenarnya terjadi di dalam usus halus akibat pengaruh enzim steapsin (Sumardjo, 2008).Enzim steapsin yaitu enzim lipase yang berasal dari penkreas.Enzimini berfungsi sebagai katalis dalam proses hidrolisis lemak menjadi asam lemak, gliserol, monoasilgliserol dan diasilgliserol(Poedjiadi dan Supriyanti, 2009).Lemak yang tidak larut dalam air, terdispersi menjadi butiran lemak berukuran kecil, kemudian mengalami hidrolisis menjadi digliserida, monogliserida, gliserol, dan asam lemak.Hasil hidrolisis lemak diubah kembali menjadi lemak.Lemak hasil sintesis ini dibungkus oleh protein dan butiran-butiran lipo protein yang disebut kilomikron.Selanjutnya di transfer ke aliran darah melalui sistem limpa, untuk dibawa ke hati dan jaringan adipose.
2.4. Glikolisis pada Sel Ragi
Glikolisis merupakan suatu proses yang menyebabkan terjadinya konversi satu molekul glukosa menjadi dua molekul piruvat. Glikolisis merupakan jalur metabolisme primitif karena bekerja pada sel yang paling sederhana sekalipun dan tidak memerlukan oksigen (Ngili,2009).Beberapa senyawa dapat menghibisi berbagai enzim dalam jalur glikolisis.Tanpa inhibisi pada enzim,tidak ada ATP yang akan diproduksi dalam reaksi yang dikatalis oleh fosfogliserat kinase.Ini adalah salah satu reaksi yang dipengaruhi dalam kasus keracunan arsenik.
Katabolisme anaerobik atau peragian karbohidrat atau molekul bahan bakar lain memberi cara yang paling sederhana dan rudimenter untuk menurunkan derajat molekul guna memperoleh energi.Ada dua macam peragian glukosa yang dekat saling berhubungan yaitu peragian homolaktat atau glikolisis dan peragian alkoholat.Dalam reaksi anaerob terjadi pengubahan glukosa menjadi alkohol,CO2 danH2O (Hawab,2004).















BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum Biokimia Dasar  dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal23Mei 2013 pukul 07.00- 09.00 WIBdi Laboratorium Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

2.1 Materi
2.1.1    Pencernaan Karbohidrat
Praktikum biokimia dengan materi pencernaan karbohidrat menggunakan alat yaitu tabung reaksi sebagai tempat bahan percobaan, rak tabung reaksi sebagai tempat tabung reaksi, gelas ukur untuk mengukur banyak sedikitnya bahan, pipet tetes untuk mengambil larutan, kertas saring untuk menyaring saliva, corong untuk memasukan saliva ke dalam gelas ukur, pipet filler dan spluit untuk mengambil larutan dengan volume yang dikehendaki, cawan poslen untuk meletakan sample, loop untuk mengaduk sample dan waterbathbersuhu 37º untuk mempercepat reaksi. Menggunakan bahan dalam percobaan pencernaan karbohidrat yaitu larutan amilum 1 % yang telah dimasak, larutan lugol, larutan HCl 0,1N,larutan HCl 0,45 %, larutan NaOH 0,1N, larutan NaCl 0,1 %, saliva dan ekstrak pankreas.



2.1.2    Pencernaan Protein
Praktikum biokimia dengan materi pencernaan potein ini menggunakan alat-a lat yaitu gelas beker, erlenmeyer, botol plastik, pipet ukur, pipet filler, spatula, cawan petri, tabung reaksi, label, panci, kompor listrik,waterbath, rak tabung reaksi dan nampan. Bahan yang digunakan yaitu  putih telur, pepsin, pepsin panas, EP (Ekstrak Pankreas), EP panas, Aquades, NaOH dan HCL.

2.1.3    Pencernaan Lemak
     Praktikum biokimia dengan materi pencernaan lemak menggunakanalat yaitu tabung reaksi untuk tempat mereaksikan bahan, gelas ukur untuk mengukur larutan, pipet filler dan spluit untuk mengambil larutan dengan volume yang dikehendaki,  pipet tetes untuk mengambil larutan,erlenmeyer untuk mengukur larutan, rak tabung reaksi untuk tempat tabung reaksi dan waterbathbersuhu 37º untuk mempercepat reaksi. Menggunakan bahan dalam percobaan pencernaan lemak yaitu minyak goreng, aquades, larutan ekstrak pankreas, cairan empedu, larutan fenolftaelin (PP) 1 % dan larutan NaOH 0,1N.

2.1.4    Glikolisis pada Sel Ragi
Praktikum biokimia dengan materi Glikolisis pada Sel Ragi menggunakan alat yaitu tabung leher angsa untuk mereaksikan larutan,tabung ukur untuk tempat larutan,gelas ukur untuk tempat larutan,plastik untuk menutup bagian mulut leher angsa, karet untuk meingikat plastik agar tidak lepas,label untuk memberi tanda pada tabung leher angsa, stopwatch untuk menghitung waktu dan alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan. Menggunakan bahan yaitu 20 mL glukosa, 20 mL ragi,10 mL air dan 10 mL ragi panas.

2.2 Metode
2.2.1 Pencernaan Karbohidrat

2.2.1.1Pencernaan Karbohidrat oleh Enzim Ptialin, melakukan pengumpulan saliva dengan berkumur hingga bersih terlebih dahulu. Berkumur dengan air biasa sesudah dilakukan, lalu berkumur menggunakan 20 ml NaCl 0,1% selama minimal 1 menit. Menggunakan kertas penyaring, hasil kumuran 20 ml NaCl 0,1% dan menampung dalam gelas beker. Penyaringan bertujuan agar sel-sel epitel rongga mulut dan kotoran-kotoran lainnya hilang. Mengambil tigabuah  tabung dan memberinya tabel nama 1,2,dan 3. Menambahkan 5 ml amilum dan 1 ml air pada tabung 1, menambahkan 5 ml amilum dan 1 ml NaCl pada tabung 2 dan menambahkan 5 ml amilum dan 1 ml saliva pada tabung 3. Tiga tabung yang sudah disiapkan tersebut dimasukan dalam waterbath dengan suhu 37 0C . Mengambil 2 tetes larutan dari masing-masing tabung reaksi dalam setiap 15 menit dan menetesi larutan lugol sebanyak 2 tetes dan melakukan 3 kali pengambilan tersebut, Mencatat hasil praktikum pada tabel  hasil pengamatan.
2.2.1.2 Pencernaan Karbohidrat oleh Ekstrak Pankreas (EP), menyiapkan 3 buah tabung yang diberi tabel nama 4, 5 dan 6. Pada tabung 4 memasukan  5 ml larutan amilum, 2 ml ekstrak pancreas dan 1 ml air. Didalam tabung 5 memasukan 5 ml amilum, 2 ml ekstrak pankreas dan 1 ml HCl 0,1N. Pada tabung 6 memasukan 5 ml amilum, 2 ml ekstrak pancreas dan 1 ml NaOH 0,1N. Memasukan ketiga tabung tersebut dalam waterbath 37 0C . Setiap 15 menit sebanyak tiga kali, melakukan pengujian iod dengan mengambil 2 tetes tiap 15 menitnya hingga 15 menit ketiga, dengan mencampurkan 2 tetes lugol, Mencatat hasil praktikum pada tabel  hasil pengamatan.
2.2.2    Pencernaan Protein
2.2.2.1.Pencernaan Protein oleh Pepsin, menggunakan perlakuan reaksi yang berbeda beda. Dalam uji ini, terlebih dahulu mempersiapkan 3 tabung, yaitu D,E dan F. Tabung D diisi dengan filtrat telur 1mm3, pepsin 2 ml dan air 1 ml, tabung E diisi dengan filtrat telur 1mm3, pepsin 2 ml dan HCl 0,45% 1 ml, sedangkan tabung F diisi dengan filtrat telur 1 mm3, pepsin panas 2 ml dan HCl 0,45% 1 ml. Masing-masing tabung kemudian digojok dengan arah membentuk angka delapan, serta menutup bagian mulut tabung menggunakan ibu jari selama beberaa saat. Setelah menggojok, kemudian menginkubasi dengan suhu 36-40 oC selama 30 menit.Setelah selesai inkubasi, maka melakukan pengamatan sesuai buku petunjuk praktikum.

2.2.2.2. Pencernaan Protein oleh Ekstrak Pankreas, menggunakan perlakuan reaksi yang berbeda beda. Dalam uji ini, terlebih dahulu mempersiapkan 3 tabung, yaitu G,H dan I. Tabung G diisi dengan filtrat telur 1mm3, EP 2 ml dan air 1 ml, tabung E diisi dengan filtrat telur 1mm3, EP 2 ml dan NaOH 0,1 N 1 ml, sedangkan tabung F diisi dengan filtrat telur 1 mm3, EP panas 2 ml dan NaOH 0,1 N 1 ml. Masing-masing tabung kemudian digojok dengan arah membentuk angka delapan, serta menutup bagian mulut tabung menggunakan ibu jari selama beberaa saat. Setelah menggojok, kemudian menginkubasi dengan suhu 36-40 oC selama 30 menit.Setelah selesai inkubasi, maka melakukan pengamatan sesuai buku petunjuk praktikum.

2.2.3Pencernaan Lemak

Percobaan pencernaan lemak oleh ekstrak pankreas yaitu dengan menyiapkan 3 buah tabung dan memberi label nama tabung A, tabung B, dan tabung C. Mengisi tiga buah tabung tersebut masing-masing 2 ml minyak goreng. Menambahkan tabung A dengan 1 ml air, menambahkan tabung B dengan 1 ml ekstrak pankreas, menambahkan tabung C ml 1 ekstrak pankreas dan 3 tetes empedu.Menggojok masing – masing tabung hingga larutan menjadi homogen. Memasukan tiga buah tabung yang sudah siap tersebut ke dalam waterbath dengan suhu 37 0C  selama 30 menit. Setelah itu melakukan pengujian dengan menambahkan 5 tetes PP 1% ke dalam masing – masing tabung dan menggojok hingga homogen. Kemudian tabung Aditetesi NaOH sebanyak 1 tetes hingga berwarna merah muda. Menambahkan NaOH setetes demi setetes pada tabung B dan C hingga warnanya sama dengan tabung A. Mencatat hasil praktikum pada tabel  hasil pengamatan.


2.2.4      Glikolisis Oleh Sel Ragi
                        Percobaan pencernaan Glikolisis Oleh Sel Ragimenyiapkan 3 buah tabung reaksi dan member label pada setiap tabung reaksi.Memasukka 10 ml glukosa dan 10 ml ragi kedalam tabung leher angsa no 1.Kemudian menggojoknya dan menutup dengan plastik yang diikat denagn karet.Memasukkan 10 ml air dan 10 ml ragi kedalam tabung leher angsa no 2, kemudian menggojog dan menutup dengan plastik yang diikat karet. Memasukkan 10 ml glukosa dan 10 ml ragi panas kedalam tabung leher angsa no 3, kemudian menggojog dan menutup dengan plastik yang diikat karet.Mendiamkan selama 30 menit kemudian mengamati perubahan yang terjadi dan menulisnya dalam setiap lembar pengamatan.

















BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pencernaan  Karbohidrat
3.1.1.   Pencernaan Karbohidrat oleh Enzim Ptialin
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan data setelah pengujian sebagai berikut :
Tabel 1.Hasil Percobaan Pencernaan Karbohidrat oleh Enzim Ptialin
Reagen yang dimasukkan
Inkubasi
Reaksi
(+/-)

15’
30’
45’
60’
1
5 ml amilum + 1 ml Air
Biru kehitaman
Biru kehitaman
Biru kehitaman
Biru kehitaman
-
2
5 ml amilum + 1 ml NaCl
Biru kehitaman
Biru kehitaman
Biru kehitaman
Biru kehitaman
-
3
5 ml amilum + 1 ml Saliva
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
+
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia Dasar, 2013.

Berdasarkan  hasil praktikum, pencernaan karbohidrat bahwa enzim ptyalin dihasilkan pada tabung 1 reaksi berlangsung negative (-) dengan ditunjukkan dengan warna biru kehitaman setelah direaksikan dengan larutan iod karena amilum tidak dapat larut oleh air, air tidak dapat memecah ikatan monosakarida, dank arena tidak ada enzim yang bekerja untuk memecah amilum. Tabung 2 berlangsung reaksi negative dengan ditunjukan dengan warna biru kehitaman setelah direaksikan dengan larutan iod, karena amilum tidak dapat larut dalam air, air tidak dapat memecah ikatan polisakarida, NaCl bersifat netral dan tidak ada enzim yang bekerja untuk memecah amilum. Tbung 3 berlangsung reaksi positif dengan ditunjukan oleh warna kuning setelah direaksikan dengan larutan iod, karena saliva mengandung enzim ptyalin yang mampu memecah amilum menjadi glukosa.Hal ini sesuai dengan pendapat Mayes (2003) yang menyakan bahwa didalam saliva terdapat enzim ptyalin yang mampu menghidrolisis pati atau amilum menjadi dekstrin dan maltose mulai dari rongga mulut sampai usus.idapatkan hasil perubahan warna yang berbeda pada 15 menit pertama hingga 15 menit ketiga. Setelah ditetesi larutan Iod, tabung 1 dan 2 mengalami perubahan warna menjadi biru kehitaman.Perubahan warna tersebut menunjukan sampel bereaksi negatif.Hal ini terjadi karena adanya amilum pada kelenjar saliva karena didalam saliva terdapat enzim ptialin yang berfungsi untuk menghidrolisis atau mencerna pati menjadi dekstrin dan maltosa. Hal ini sesuai dengan pendapat  Sumardjo (2009) bahwa di dalam usus proses pencernaan pati akan dilanjutkan oleh getah pankreas dan getah usus yang mengandung enzim-enzim amilase yang dapat menghidrolisis pati atau dekstrin atau maltosa menjadi glukosa. Sedangkan pada tabung 3mengalami perubahan warna menjadi kuning. Perubahan warna tersebut menunjukan sampel tersebut bereaksi positif. Hal ini dikarenakan pada tabung 3 ketika saliva dipanaskan maka saliva tersebut terdenaturasi karena saliva tersebut mengandung enzim amilase. Pada tabung  saliva yang tercampur dengan larutan HCl (asam) maka saliva tersebut tidak terhidrolisis sehingga tidak dapat bekerja secara optimal karena Ph terlalu rendah

3.1.2.   Pencernaan Karbohidrat oleh Ekstrak Pankreas
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan data setelah pengujian sebagai berikut :
Tabel 2.Hasil Pencernaan Karbohudrat oleh Ekstrak Pankreas
Tb
Reagen yang dimasukkan
Inkubasi
Reaksi
(+/-)

15’
30’
45’
60’
4
5 ml amilum + 2 ml EP +1 ml Air
Kuning
Kuning
Kuning
merah bata
+
5
5 ml amilum + 2 ml EP
+ 1 ml HCl 0,1 N
Biru kehitaman
Hitam
Hitam kekuningan
Hitam kekuningan
-
6
5 ml amilum + 2 ml EP + 1 ml NaOH 0,1 N
Biru kehitaman
Ungu
Ungu
Ungu
+
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia Dasar, 2013.
            Berdasarkanpraktikum pencernaan karbohidrat menunjukkan bahwa pada tabung 4 pencernaan karbohidrat positif denagn ditunjukkan oleh warna kuning setelah direaksikan denagn larutan iod, karena ekstak pancreas menghasilkan enzim amylase pancreas sehingga dapat mencerna amilum.Amilum terhidrolisis oleh adanya enzim atau ekstatk pancreas serta adanya pemanasan denagn suhu 37oC yang sesuai dengan pendapat (Corwin, 2007) bahwa enzim amylase pancreas mengubah amilum menjadi amilodekstrin kemudian eritodekstrin selanjutnya akrodekstrin dan terakhir maltosa. Pada tabung 5 hasil pencernanna karbohidrat menunjukkan hasil denagn ditunjukkan oleh warna biru kehitaman setelah direaksikan denagn larutan iod, karena HCl mempunyai suasana sama sehingga tidak dapat membantu kinerja dari ekstrak pancreas dan tidak dapat mencerna amilum. Pada tabung 6 pencernanna karbohidrat menunjukkan hasil positif denagn ditunjukkan oleh warna ungu setelah direaksikan denagn iod, karena NaOH mempunyai suasana basa sehingga NaOH membantu kinerja dari ekstrak pancreas.Hal ini sesuai denagn pendapat Sumardjo (2009) yang menyatakan bahwa kerja enzim protelitik ini paling baik dalam suasana basa.
hasil pengamatan, pada tabung 4 reaksi positif karena EP (Ekstrak Pankreas) mengandung enzim amilase pankreas ditambah air jadi suasananya netral. Sumardjo (2009) berpendapatbahwa di dalam usus proses pencernaan pati akan dilanjutkan oleh getah pankreas dan getah usus yang mengandung enzim-enzim amilase yang dapat menghidrolisis pati atau dekstrin atau maltosa menjadi glukosa. Sedangkan pada tabung5 adalah percobaan pencernaan amilum masak oleh ekstrak pankreas dihasilkan berwarna hitam kekuningan dengan warna awal jernih sebelum diteteskan larutan iod dan dimasukkan kedalam waterbath 370C dan bereaksi negatif.Hal ini terjadi karena adanya pankreatik amilase yang terhidrolisis didalam usus halus.Pernyataan ini sesuai dengan pendapat  Poedjiadi dan Supriyanti (2006) bahwa enzim ptialin bekerja secara optimal pada pH 6,6. Enzim ptialin mulai tidak aktif pada pH 4,0 karena setelah makanan ditelan dan masuk kedalam lambung, proses hidrolisis oleh enzimptialin tidak berjalan lebih lama lagi. Pada tabung 6  mengalami reaksi positif karena ditambahkan larutan NaOH 0,1 N (basa) maka tidak akan terjadi proses hidrolisis.
3.2  PencernaanProtein
3.2.1    Pencernaan Protein oleh Pepsin
            Pada percobaan pencernaan protein oleh pepsin diperoleh data sebagai berikut:

 Tabel 3.Hasil Percobaan Pencernaan oleh  Pepsin
Tabung
Reagen yang dimasukkan
Inkubasi
30'
D
Protein + 2 ml pepsin + 1 ml Air
negatif (-)
E
Protein + 2 ml pepsin + 1 ml HCl 0,45%
positif (+)
F
Protein + 2 ml pepsin panas + 1 ml HCl 0,45%
negatif (-)
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
Pada percobaan tabung D dengan hanya menambahkan pepsin dan air, pepsin tidak bekerja. Hal ini dikarenakan oleh enzim pepsin hanya aktif dan dapat bekerja pada kondisi asam. Sesuai pendapat (Yasin, 2010) bahwa pada pencernaan di bagian lambung ternak unggas, terjadi pengaktifan enzim-enzim oleh HCL. Hal ini berarti, bahwa keadaan asam yang disebabkan oleh HCL akan mengaktifkan enzim pepsin. Pada tabung D,  filtrat telur masih terlihat/ tidak larut sehingga hasilnya negatif (-). Hal ini dapat terjadi karena pada tabung D yang tanpa HCl, enzim pepsin tidak aktif dan tidak mampu memecah protein. Pada tabung E, pepsin dapat bekerja karena dengan menambahkan HCl, suasananya menjadi asam. Percobaan tabung E hasilnya (+), dengan bukti filtrate putih telur dapat terlarut. Hal ini diperkuat dengan pendapat Pratikno (2011), bahwa pada tubuh ternak, pepsinogen diaktifkan menjadi pepsin oleh HCl dan disekresikan oleh sel-sel parietal. Pepsin ini melakukan pemecahan protein menjadi asam amino. Pada tabung F, dengan menambahkan enzim pepsin panas ternyata tidak dapat melarutkan protein/ ekstrak telur karena enzim pepsin menjadi rusak oleh adanya panas dan tidak dapat memecah protein, sehingga hasilnya negative (-). Hal ini diperkuat dengan pendapat Murwani (2010) bahwa protein dalam makanan yang merupakan molekul besar dipecah menjadi polipeptida besar atau pepton dengan bantuan enzim pepsin yang dikeluarkan oleh lambung. Pada tabung F, telur yang tidak larut menunjukkan bahwa enzim tidak bekerja. Sebagaimana yang telah diulas tadi, pepsin hanya bekerja pada kondisi asam. Maka ketika pepsin dipanaskan, justru enzim menjadi rusak dan tidak dapat bekerja. Enzim pepsin bekerja pada suhu tubuh/ruangan.

3.2.2.Pencernaan Protein oleh Ekstrak Pankreas
Pada percobaan pencernaan protein oleh Ekstrak Pankreas diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.Hasil Pencernaan Protein oleh Ekstrak Pankreas
Tabung
Reagen yang dimasukkan
Inkubasi
30'
G
Protein + 2 ml EP + 1 ml Air
negatif (-)
H
Protein + 2 ml EP + 1 ml NaOH 0,1 N
positif (+)
I
Protein + 2 ml EP panas + 1 ml NaOH 0,1 N
negatif (-)
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.

            Pada percobaan tabung G fdengan hanya menambahkan EP dan air ke tabung berisi filtrate, hasil reaksinya negative (-), dengan bukti filtrate berwarna keruh dan tidak larut. Ekstrak pankreas hanya dapat berfungsi pada kondisi basa sehingga pada tabung H, hasilnya positif (+) ditunjukkan dengan filtrat telur yang dapat larut oleh adanya basa NaOH 0,1 N. Hal ini sesuai dengan pendapat Pratikno (2011), bahwa cairan pankreas bersifat basa dan menetrlalkan asam dari lambung. Getah ini mengandung beberapa enzim yang bersifat sebagai katalis dalam pemecahan bahan yang kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Pada percobaan tabung H terbukti bahwa basa NaOH mampu membantu EP dalam memecah protein filtrate telur yang komplek menjadi protein sederhana yang terlarut. Fungsi pankreas mirip dengan cairan empedu, mengandung sejumlah garam sebagai hasil dari pencampuran antara natrium. Garam-garam basa dapat membantu dalam menciptakan suasana yang lebih alkalis dalam usus halus (chyme intestinal). Sesuai dengan hasil mengamati percobaan, terbukti bahwa EP dapat bekerja pada kondisi basa, dengan menambahkan NaOH (tabung H). hal ini diperkuat oleh Murwani (2010), bahwa polipeptida besar dipecah menjadi oligo peptida dan berbagai peptida kecil dengan bantuan enzim-enzim yang dikeluarkan oleh pankreas. Pada tabung I, EP panas tidak aktif/bekerja karena EP panas justru rusak sehinggahasilnya negatif  (-). Kesimpulannya, EP hanya dapat bekerja pada kondisi suhu tubuh/ruangan dan dengan suasana basa.
3.3  PencernaanLemak
Dari praktikum yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh setelah melakukan pengujian terdapat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.Hasil Percobaan Pencernaan lemak oleh ekstrak pankreas

Tabung
Reagen yang dimasukkan
Inkubasi
30'
A
2 ml Minyak Goreng + 1 ml Air
1 tetes
(-)
B
2 ml Minyak Goreng + 1 ml EP
12 tetes
(-)
C
2 ml Minyak Goreng  + 1 ml EP + 3 tetes empedu
53 tetes
(+)
Sumber: Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.

Tabung A membutuhkan 1 tetes NaOH karena lemak tidak dicerna oleh air dan ini menunjukan bahwa hasil reaksi negatif (-). Dan tabung A digunakan sebagai indicator pada reaksi tabung B dan C. Hawab (2003) berpendapat bahwa bila asam lemak bereaksi dengan NaOH encer maka akan terbentuk sabun Na-lemak. Asam lemak dalam larutan NaOH encer akan membentuk misel, yaitu sekelompok Na-lemak yang melindungi bagian nonpolar dari molekul air sedangkan bagian polarnya berada dekat dengan molekul air.  Poedjiadi dan Supriyanti (2006) menambahkan bahwa pada rantai hidrokarbon yang non polar  bersifat hidrofobik artinya tidak suka air atau tidak mudah larut dalam air.Asam lemak tidak terhidrolisis maka dari itu hanya sedikt NaOH yang dibutuhkan yaitu 1 tetes untuk merubah larutan yang ditambah PP yang sifatnya basa sehingga menjadi berwarna merah muda.Semakin banyak larutan NaOH yang dibutuhkan untuk menetralisir, semakin banyak pula asam lemak yang di bebaskan.
Tabung B membutuhkan 12 tetes NaOH untuk menyamakan warna dengan tabung Akarena ekstrak pankreas mengandung enzim lipase yang membantu pencernaan lemak. Lemak terhidrolisis oleh enzin lipase yang terdapat pada pankreas.Martoharsono (2006) menyatakan bahwa hidrolisis lemak dan basa menghasilkan gliserol dan garam asam lemak. Sumardjo(2008) menambahkan bahwa  pencernaan lemak secara enzimatik yang sebenarnya terjadi di dalam usus halus akibat pengaruh steapsin. Steapsin yaitu enzim lipase yang berasal dari pankreas.
Tabung C membutuhkan 53 tetes NaOH karena cairan empedu berperan sebagai  emulsifier lemak, sehingga menjadi suspensi dalam air.Banyaknya NaOH yang dibutuhkan menujukan bahwa banyak asam lemak yang dibebaskan atau dicerna. Garam-garam empedu, seperti natrium taurokolat dan natriun glikokolat yang masuk ke dalam usus, dapat membantu proses emulsifikasi lemak (Sumardjo, 2008). Poedjiadi dan Supriyanti (2006) menambahkan bahwa garam empedu merupakan komponen utama dalam empedu, dan berfungsi sebagai emulgator yaitu suatu zat yang menyebabkan kestabilan suatu emulsi.Sehingga lemak yang tidak larut dalam air terdispersi menjadi butiran lemak yang berukuran kecil.
3.4.1. Pencernaan Glikolisis pada Sel Ragi
Berdasarkan hasil praktikum pencernaan glikolisis oleh sel ragi, maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 6.Hasil Percobaan Glikolisis oleh Sel Ragi

Tabung
Reagen yang dimasukkan
Inkubasi 30’
1
10 mL glukosa + 10 mL ragi
+
2
10 mL air + 10 mL  ragi
-
3
10 mL glukosa + 10 mL ragi panas
-
Sumber: Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
              Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa tabung leher angsa pertama yang berisi larutan 10 mL glukosa dan 10 mL ragi menunjukkan hasil positif (+) karena terlihat adanya gelembung-gelembung udara yang mengandung CO2. Ngili (2009) menyatakan bahwa CO2 merupakan salah satu hasil fermentasi ragi dimana ragi mengubah glukosa menjadi piruvat, kemudian jika ada oksigen yang masuk maka ragi akan mengoksidasi piruvat menjadi CO2. Dan ditambahkan dengan pendapat Hawab (2004) menyatakan bahwa dalam reaksi aerob terjadi pengubahan glukosa menjadi alkohol, CO2, dan H2O. Tabung leher angsa kedua berisi 10 mL air dan 10 mL ragi menunjukkan reaksi negatif dengan gelembung sedikit yang dimungkinkan masih ada udara saat memasukkan reagen dan tidak ada substrat. Hal tersebut terjadi karena air tidak mengandung energi, sedangkan ragi merupakan mikroorganisme. Air dan ragi jika dicampurkan tidak dapat menghasilkan katabolisme, sehingga gelembung yang muncul hanya sedikit dan bukan dari proses glikolisis melainkan hasil respirasi ragi yang merupakan mikroorganisme. Hal ini sesuai dengan pendapat Sastrohamidjojo (2005) yang menyatakan bahwa ragi akan bereaksi pada bahan-bahan yang mengandung gula, sedangkan aquades tidak mengandung gula. Tabung leher angsa ketiga yang berisi 10 mL glukosa + 10 mL ragi panas menunjukkan hasil negatif (-) karena pada tabung keher angsa ketiga tidak terdapat gelembung udara dan mengandung ragi panas. Ragi yang berfungsi sebagai enzim sudah mati akibat dipanaskan. Hal ini sesuai pendapat Lehninger (1994) bahwa pada glikolisis hampir semua tahapan dikatalisis oleh enzimatik tetapi pada ragi panas enzim tersebut mati sehingga tidak dapat memecah glukosa.



BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.        Kesimpulan(KESIMPULAN DISESUAIKAN PEMBAHASAN –KH – PROTEIN – LEMAK - GLIKOLISIS
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pencernaan karbohidrat secara enzimatis terjadi sejak makanan masuk kedalam mulut. Didalam mulut terdapat enzim amilase/ptialin yang mencerna karbohidrat menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Pada pencernaan lemak, lemak dapat terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol oleh ekstrak pankreas (pankreaenzim) dan dapat teremulsikan oleh getah empedu. Lemak tidak dapat larut dalam air dan hanya dapat larut dalam pelarut organik saja.Pencernaan protein dilakukan oleh pepsin yang dapat hanya bekerja dalam suasana asam. Sedangkanekstrak pancreas dapat mencerna protein dalam kondisi basa. Pencernaan pada protein menghasilkan asam amino dan dipeptida. Glikolisis ??

4.2.      Saran
   Saran yang dapat diberikan ialah praktikan lebih berhati-hati dalam pengambilan larutan kimia serta melakukan praktikum lebih teliti agar mendapatkan hasil yang valid.


DAFTAR PUSTAKA
Hawab, H. M. 2003. Pengantar Biokimia. Banyumedia Publishing, Malang.

Hawab, H. M. 2004. Pengantar Biokimia. Banyumedia Publishing, Malang.

Hart, Harold. 2003. Kimia Organik. Erlangga, Jakarta.

Kusnandar, F. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. Jakarta. PT Dian Karya.

Legowo, A. M., dkk. 2009. Ilmu Teknologi Susu.Jawa Tengah. BP Undip  Semarang.

Martoharsono, Soeharsono. 2006. Biokimia 1. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.

Murwani, Retno. 2010. Modul Biokimia, Protein & Asam Nukleat. Laboratorium Biokimia Nutrisi, Jurusan Nutrisi & Makanan Ternak, Undip.
Ngili, Y. 2009. Biokimia Struktur dan Fungsi Biomolekul. Graham Ilmu,Yogyakarta.
Poedjiadi, A. dan Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia.

Pratikno, Herry. 2011. Lemak Abdominal Ayam Broiler (Gallus sp.) Karena Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica Vahl.). Bioma, Vol.13 No.1s

Riswiyanto. 2003. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta.

Sastrohamidjojo, Hardjono. 2005. Kimia Organik. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Soeparno., Rihastuti, R. A., Indratiningsih., dan Suharjono, T. 2011. Dasar
            Teknologi Hasil Ternak. Yogyakarta. Gajah Mada Universitas Press.

Sumardjo, D. 2008. Pengantar Kimia. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGT.

Yasin, Ismail. 2010. Pencernaan Serat Kasar Pada Ternak Unggas.Jurnal Ilmiah Inkoma, Vol. 21, no. 3 hal: 125-135



Lampiran 1. Gambar Alat dan Fungsi
1.      Tabung reaksi
tempat mereaksikan bahan kimia.



2.      Rak tabung reaksi

untuk menempatkan tabung reaksi dengan teratur.
3.      Pipet tetes

digunakan untuk mengambil suatu zat cair yang akan digunakan untuk praktikum.


4.      Gelas beker
wadah penampung yang digunakan untuk mengaduk, mencampur, dan memanaskan cairan yang biasanya digunakan dalam laboratorium.


5.      Gelas ukur
untuk mengukur banyaknya larutan atau cairan yang akan digunakan dalam praktikum.


6.      Lampu Bunsen
untuk memanaskan cairan.
7.      cawan porseline
Untuk meletakkan sample
8.      pipet filter
Untuk mengambil larutan dengan volume 5 mL dan 1 mL.
9.       Rak Tabung Reaksi
Untuk meletakkan tabung reaksi.
10.   Spluit
Untuk mengambil larutan.
11.  Pilet
Untuk mengaduk larutan
12.  Corong

Untuk memindahkan bahan agar tidak tumpah
13.  Cawan Petri
Cawan petri untuk meletakkan sample, larutan











Lampiran 2. Hasil Percobaan Pencernaan Karbohidrat

Tabel 1.Hasil Percobaan Pencernaan Karbohidrat oleh Enzim Ptialin
Reagen yang dimasukkan
Inkubasi
Reaksi
(+/-)

15’
30’
45’
60’
1
5 ml amilum + 1 ml Air
Biru kehitaman
Biru kehitaman
Biru kehitaman
Biru kehitaman
-
2
5 ml amilum + 1 ml NaCl
Biru kehitaman
Biru kehitaman
Biru kehitaman
Biru kehitaman
-
3
5 ml amilum + 1 ml Saliva
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
+
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.

Tabel 1.Hasil Percobaan Pencernaan Karbohidrat oleh Enzim Ptialin
Reagen yang dimasukkan
Inkubasi
Reaksi
(+/-)

15’
30’
45’
60’
1
5 ml amilum + 1 ml Air
Biru kehitaman
Biru kehitaman
Biru kehitaman
Biru kehitaman
-
2
5 ml amilum + 1 ml NaCl
Biru kehitaman
Biru kehitaman
Biru kehitaman
Biru kehitaman
-
3
5 ml amilum + 1 ml Saliva
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
+
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.





Lampiran 3. Hasil Percobaan Pencernaan Protein

Tabel 3.Pencernaan Protein oleh Pepsin
Tabung
Reagen yang dimasukkan
Inkubasi
30'
D
Protein + 2 ml pepsin + 1 ml Air
negatif (-)
E
Protein + 2 ml pepsin + 1 ml HCl 0,45%
positif (+)
F
Protein + 2 ml pepsin panas + 1 ml HCl 0,45%
negatif (-)
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.

Tabel 4.  Pencernaan Protein oleh Ekstrak Pankreas
Tabung
Reagen yang dimasukkan
Inkubasi
30'
G
Protein + 2 ml EP + 1 ml Air
negatif (-)
H
Protein + 2 ml EP + 1 ml NaOH 0,1 N
positif (+)
I
Protein + 2 ml EP panas + 1 ml NaOH 0,1 N
negatif (-)
Sumber : Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.











Lampiran 4. Hasil Percobaan Pencernaan Lemak

Tabel 5. Pencernaan lemak oleh ekstrak pancreas

Tabung
Reagen yang dimasukkan
Inkubasi
30'
A
2 ml Minyak Goreng + 1 ml Air
1 tetes
(-)
B
2 ml Minyak Goreng + 1 ml EP
12 tetes
(-)
C
2 ml Minyak Goreng  + 1 ml EP + 3 tetes empedu
53 tetes
(+)
Sumber: Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.
















Lampiran 5. Hasil percobaan Pencernaan Glikolisis pada Sel Ragi
                                    
Tabel 6.Hasil Percobaan Glikolisis oleh Sel Ragi

Tabung
Reagen yang dimasukkan
Inkibasi 30’
1
10 mL glukosa + 10 mL ragi
+
2
10 mL air + 10 mL  ragi
-
3
10 mL glukosa + 10 mL ragi panas
-
Sumber: Data Primer Praktikum Biokimia, 2013.

















Lampiran 6. Fotocopy Hasil Percobaan Pencernaan Karbohidrat













































Lampiran 7. Fotocopy Hasil Percobaan Pencernaan Protein













































Lampiran 8. Fotocopy Hasil Percobaan  Pencernaan Lemak














































Lampiran 9. Fotocopy Hasil PercobaanPencernaan Glikolisis oleh Sel Ragi















Tidak ada komentar:

Posting Komentar