Sabtu, 30 Juli 2016

CETAK BIRU TERNAK PERAH

BAB I
PENDAHULUAN
Kambing potong merupakan suatu ternak ruminansia yang dipelihara untuk dipotong dan dapat menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Tinggi rendahnya tingkat produktivitas kambing dipengaruhi oleh dua faktor yaitu 70% faktor lingkungan dan 30% genetik. Faktor lingkungan memegang peranan penting saat membentuk karakter ternak karena memiliki presentase yang lebih tinggi dibandingkan dengan faktor genetik. Saat kondisi faktor lingkungann tidak optimal maka akan mempengaruhi produktivitas ternak. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap produktivitas pada ternak maka dilakukan pengukuran dengan mengetahui temperatur lingkungan, kelembaban, suhu tubuh, suhu rektal, dan denyut nadi. Untuk  meningkatkan produktivitas ternak maka salah satu upaya lain selain iklim adalah perbaikan mutu makanan ternak. Karena pakan ternak merupakan bagian yang sangat penting dari usaha peternakan.
            Tujuan dari Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan adalah untuk mengetahui respon fisiologis ternak terhadap lingkungan sehingga peternak dapat menentukan lokasi yang nyaman untuk ternak sehingga dapat meningkatkan  produktivitas ternak.



BAB II
MATERI DAN METODE
Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 1 Maret 2016 pukul 06.00 WIB hingga hari Sabtu, tanggal
l5 Maret 2016 pukul 18.00 WIB di Kandang Kambing, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.

2.1.      Materi
            Materi yang digunakan dalam praktikum Manajemen Lingkungan ternak berupa 5 kambing potong yang terdiri dari 3 kambing Peranakan Ettawah dan 2 kambing Kacang. Alat yang digunakan dalam praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan adalah hygrometer yang berfungsi untuk mengukur suhu lingkungan dan kelembaban, thermometer klinis yang berfungsi untuk mengukur suhu rectal ternak, stethoscope yang berfungsi untuk mengukur denyut nadi, stopwatch berfungsi untuk member batasan waktu, handlycounter berfungsi untuk menghitung banyaknya denyut nadi dan frekuensi nafas dan alat tulis berfungsi untuk mencatat data yang diperoleh.

2.2.      Metode

            Metode yang digunakan dalam praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan adalah metode partisipasi aktif yang dilakukan dengan mengamati ternak di lingkungan kandang kambing.
2.3.      Variabel yang Diukur

            Variabel yang diukur dalam praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan adalah aspek lingkungan yang terdiri dari suhu dan kelembaban, aspek fisiologis yang terdiri dari pengukuran suhu rektal, frekuensi nadi, frekuensi nafas dan HTC yang meliputi Indeks Benezra dan Indeks Rhoad.
Cara kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :
2.3.1.        Aspek lingkungan abiotik meliputi :
2.3.1.1.  Suhu, pengamatan pada suhu dilakukan sebanyak tiga kali sehari yaitu pada pagi, siang, dan sore dengan menggunakan hygrometer selama 5 hari berturut-turut.
2.3.1.2.  Kelembaban, pengamatan kelembaban udara diamati  sebanyak tiga kali sehari pagi, siang dan sore dengan menggunakan hygrometer selama 5 hari berturut-turut.
2.3.1.3Temperature Humidity Indeks (THI), dihitung dengan menggunakan rumus :
THI = T – 0,55 × ( 1 –) × ( T – 58)
Keterangan  :
THI : Temperature Humidity Indeks
  T      : Temperatur Udara (oF)
   rH   : Kelembaban Udara (%)




2.3.2.                   Aspek fisiologis kambing meliputi :
2.3.2.1. Suhu rekta; kambing, pengukuran suhu dengan mrnggunakan thermometer klinis dengan dimasukkan ke dalam rektum kambing sebanyak tiga kali sehari pada pagi, siang dan sore.
2.3.2.2.     Frekuensi Nafas dan Denyut Nadi, pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali sehari pagi, siang dan sore pada masing-masing kambing. Frekuensi nafas dengan durasi selama 1 menit dihitung frekuensinya dengan didekatkan tangan pada hidung. Denyut nadi dihitung dengan didengarkan nadi kambing dengan stetoskop pada bagian samping kaki kiri dalam durasi 1 menit.
2.3.2.3.     Daya tahan panas kambing
Indeks Rhoad dihitung dengan rumus :
HTC    = 100 – 10  (Tf – Ti)
Keterangan      :
HTC    : Heat Tolerance Coefficient
               Tf        : Suhu Tubuh Siang
               Ti         : Suhu Tubuh Pagi
               100      : Angka Efisiensi yang Sempurna
               10        : Angka Konstanta

Indeks Benezra dihitung dengan rumus :
HTC =  +          
Keterangan :
HCT : Heat Tolerance Coefficient
TB     : Rataan Harian Suhu Tubuh Kambing (oC)
FR     : Rataan Harian Frekuensi Nafas (1 Menit)
39,4   : Angka Standar Suhu Tubuh Kambing*
20      : Angka Standar Frekuensi Nafas Kambing (1 Menit)*
*) Widiyono et al., 2003


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.      Faktor Lingkungan
            Berdasakan hasil pengamatan dalam praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Faktor Lingkungan
Variabel
Hasil Pengamatann
T. Udara C
27,98
rH Udara (%)
86,58
THI
80,51
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan, 2016.
Keterangan:
THI = T – 0,55 × ( 1 –) × ( T – 58)
3.1.1.   Temperatur Udara
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa rata-rata temperatur udara pada hari pertama 26,7C, pada hari kedua 29C, pada hari ketiga 28C, pada hari keempat 28,7C, pada hari kelima 27,5C. temperatur udara pada ternak kambing selama lima hari masih dalam keadaan temperatur yang normal menandakan ternak nyaman sehingga produktivitas ternaki meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Karstan (2006) yang menyatakan bahwa suhu lingkungan pada peternakan kambing dinyatakan optimal pada suhu 25C dan suhu kritisnya apabila suhu lingkungan mencapai 32C atau lebih. Didukung dengan pendapat Qisthon dan Widodo (2015) yang menyatakan bahwa daerah thermonetral kambing kisaran dari suhu 18C sampai dengan suhu 30C.

3.1.2.   Kelembaban Udara
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa kelembaban pada hari pertama memiliki rata-rata  90,3%, pada hari kedua 79,3%, pada hari ketiga 86,3%, pada hari keempat 86,3% dan pada hari kelima memiliki rata-rata kelembaban 90,7%. Kelembaban udara pada hari kedua merupakan tingkat kelembaban udara yang normal karena nilainya masih di dalam kisaran batas optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Widyarti dan Oktavia (2011) yang menyatakan bahwa pada lingkungan perkandangan domba kelembaban udara yang optimal adalah kisaran 60 sampai 80%. Kelembaban udara yang relative tinggi dapat mengakibatkan ternak mengalami stress karena proses pembuangan panas melalui penguapan dari permukaan tubuh terhambat dan dapat berakibat tumbuhnya jamur di lingkungan kandang. Hal ini sesuai dengan pendapat Awabien (2007) yang menyatakan bahwa apabila kelembaban udara tinggi dapat menyebabkan proses evaporasi kehilangan panas pada tubuh ternak terhambat sehingga ternak akan stress.
           
3.1.3.   Temperature Humidity Indeks
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa THI pada hari pertama 78,85F, pada hari kedua 81,17F, pada hari ketiga 80,52F, pada hari keempat 81,68F dan pada hari kelima 80,34F. THI pada kandang produksi kambing rata-rata 78-82 yang menandakan bahwa THI pada kandang tersebut pada taraf maksimum, karena THI berkisar antara 50-72. Hal ini sesuai dengan pendapat Vastola (2015) yang menyatakan bahwa THI berkisar antara angka 50, 57, 62 dan 72. THI pada praktikum yang telah dilakukan mencapai angka 80 yang menandakan udara pada ternak dalam keadaan tidak nyaman yang berakibat ternak stres. Hal ini oleh pendapat dari  Bernabucci et al. (1999) yang menyatakan bahwa keadaan THI lebih dari 80 maka lingkungan tersebut dalam keadaan tidak nyaman.

3.2. Respon Fisiologis dan Daya Tahan Kambing
Tabel 2. Hasil Pengamatan Fisiologis dan Daya Tahan Kambing
Variabel
Hasil Pengamatan
T.Rektal
38,99
F.Nafas
27,2
F.Nadi
91,6
Indeex Rhoad
96,34
Indeks Benezra
2,35
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan, 2016.

3.2.1.   Temperatur Rektal
Berdasarkan hasil praktikum temperatur rektal pada kambing satu sampai kelima memiliki rataan sebesar sebesar 38,99. Nilai tersebut termasuk mendekati normal dan diduga ternak sehat, rerataan suhu  tubuh pada kambing sebesar 39,4°C. Hal ini sesuai dengan pendapat Widiyono et al. (2003) yang menyatakan bahwa pada kambing memiliki rerataan suhu tubuh sebesar 39,4°C. Suhu tubuh berpengaruh pada aktivitas ternak yang mampu mengendalikan metabolisme tubuhnya secara optimal, faktor dari suhu tubuh dipengaruhi oleh suhu dari lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Karstan (2006) yang menyatakan bahwa temperatur suhu tubuh ternak disebabkan karena dari faktor lingkungan dan aktivitas ternak yang mengakibatkan meningkatnya suhu tubuh ternak.

3.2.2.   Frekuensi Nadi

            Berdasakan hasil praktikum frekuensi nadi pada kambing memiiki rerataan  sebesar 91,6 kali/menit. Nilai tersebut tidak normal karena standar frekuensi nadi pada kambing di daerah tropis menunjukan pada  angka 70-80 kali/menit. Hal ini sesuai dengan pendapat Widiyono et al. (2003)  yang menyatakan bahwa frekuensi nadi pada kambing di dserah tropis menunjukan pada  angka 70-80 kali/menit. Frekuensi nafas pada kambing berhubungan erat dengan sistem kardivaskuler dimana jumlah denyut jantung sama dengan denyut nadi, dimana frekuensi denyut jantung akan mempengaruhi frekuensi nafas dengan perbedaan pada metabolisme yang terjadi dalam tubuh ternak tersebut. Menurut
Arifin et al. (2013) bahwa denyut nadi dan frekuensi nafas yang berbeda yang disebabkan karena proses metabolisme dalam tubuh ternak. Aktivitas ternak yang terjadi di dalam kandang akan mempengaruhi frekuensi nafas dari ternak yang mana hasil dari frekuensi merupakan hasil kerja dari aktivitas yang dilakukan.

3.2.3.   Frekuensi Nafas

Berdasarkan hasil praktikum pengamatan frekuensi nafas pada kambing satu sampai kelima rerataannya sebesar 27,2 kali/menit. Nilai tersebut tidak normal karena standar frekuensi nafas pada kambing berkisar 10-20 kali/menit. Hal ini sesuai dengan pendapat Widiyono et al.(2003) yang menyatakan bahwa nilai frekuensi nafas pada kambing dewasa berkisar 10-20 kali/menit. Menurut Karstan (2006) kenaikan frekuensi nafas pada ternak kambing disebabkan oleh suhu lingkungan yang dalam keadaan tinggi dan ternak banyak gerak sehingga dapat meningkatkan aktivitas otot pada ternak tersebut.

3.2.4.   Indeks Benezra

   Berdasarkan hasil pengamatan nilai indeks benezra pada kambing satu sampai kelima memiliki rerataan sebesar 2,35. Nilai tersebut diatas standar karena ternak memiliki tingkat ketahanan terhadap panas yang baik jika nilai HTC = 2 dan semakin tinggi nilai HTC berarti semakin rendah tingkat ketahanannya. Hal ini sesuai dengan  pendapat Arifin et al. (2000) yang menyatakan bahwa nilai standar HTC pada ternak sebesar 2, semakin tinggi nilainya maka semakin rendah tingkat ketahanannya, ini dikarenakan semakin besar kenaikan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan. Menurut Fajar dan Isroli (2015) seekor ternak yang tercekam panas akan direfleksikan pada respon frekuensi nafas dan nadi yang bertujuaan untuk mempertahankan suhu tubuh supaya tetap dalam kondisi normal.

3.2.5.   Indeks Rhoad
Berdasarkan hasil praktikum pada pengamatan kambing diperoleh nilai rerataan indeks rhoad pada kambing satu sampai kambing kelima sebesar 96,34. Nilai tersebut mendekati nilai 100 dan diindikasikan ternak tersebut memiliki daya tahan panas yang baik  terhadap lingkungan. HTC atau koefisien ketahanan panas terdiri dari koefisien rhoad dan benzra. Nilai normal HTC (rhoad) adalah 100. Menurut Fajar dan Isroli (2015) Nilai normal indeks rhoad adalah 100, semakin tinggi kenaikan suhu tubuh dari pagi ke siang maka akan semakin kecil nilai HTC sehingga semakin mendekati angka 100 maka semakin bagus daya tahan panas ternak  terhadap lingkungan. Kambing potong merupakan salah satu ternak ruminansia yang memiliki ketahanan yang bagus terhadap suhu lingkungan yang panas. Hal ini sesuai dengan pendapat Sejian et al. (2015) yang menyatakan bahwa kambing merupakan ternak ruminansia yang memiliki tingkat daya tahan terhadap panas yang bagus.


BAB IV
KESIMPULAN
4.1.      Simpulan
            .Temperatur udara pada lingkungan kandang dalam keadaan normal, namun kelembaban dan THI tinggi. Suhu rektal normal yang menandakan ternak dalam keadaan sehat, frekuensi nadi dan nafas tidak normal, melebihi angka optimal karena ternak dalam keadaan stress dilihat dari THI yang tinggi dan nafas yang cepat. Hal tersebut dilakukan oleh ternak untuk menstabilkan kondisi fiologisnya. Berdasarkan perhitungan HTC indeks rhoad dan indeks benezra ternak kambing tersebut tahan terhadap panas, sehingga cocok untuk temperatur pada iklim tropis.

4.2.      Saran
Sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum setiap kelompok diberikan waktu sendiri-sendiri supaya dalam pelaksanaannya dalam suasana yang kondunsif dan tidak menyebabkan ternak stres.



DAFTAR PUSTAKA
 


Arifin, S., H. Nugroho, dan W. Busono. 2000. The htc value (Heat Tolerance Coefficient) of ongole crossbreed cattle (PO) heifers before and after concentrating in low-land areas. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang. (Seminar)
Awabien, R.L. 2007. Respon Fisiologis Domba Yang Diberi Minyak Ikan Dalam Bentuk Sabun Kalsium. Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi).

Bernabucci, U., P. Bani, B. Ronchi, N. Lacetera, dan A. Nardone. 1999. Influence of short and long-term exposure to a hot environment on rumen passage rate and diet digestibility by friesian heifers. J. Dairy Science. 82(5): 967-973.
Fajar, M.Y., dan Isroli. 2015. Perbedaan respons fisiologis dan daya tahan panas sapi potong dan perah di UPT.PT-HMT JEMBER. Fakultas Peternakan dan Pertanian Univeritas Diponegoro. (Seminar)
Karstan, A.H. 2006. Respon fisiologis ternak kambing yang dikandangkan dan ditambatkan terhadap konsumsi pakan dan air minum. Jurnal Agroforesti 1(1): 63-73.
Sejian, V., J. Gaughan, L. Baumgard dan C. Prasad. 2015. Climate Change Impact on Livestock: Adaptation and Mitigation. Springer, India.
Qisthon, A dan Y. Widodo. 2015. Pengaruh peningkatan rasio konsentrat dalam ransum kambing Peranakan ettawah di lingkungan panas alami terhadap konsumsi ransum, respons fisiologis dan pertumbuhan. J. Zootek. 35(2): 351-360.
Vatola, A. 2015. The Sustainability of Agro-Food and Natural Resource Systems in the Mediterranean Basin. Springer Open, Italy.
Widiyono, I., H.S. Wuryastuti, S. Indarjulianto, dan H. Purnamaningsih. 2003. Frekuensi nafas pulsus dan gerak rumen serta suhu tubuh pada kambing peranakan ettawa selama 3  bulan pertama kehidupan pascalahir. J. Sain Vet. 21 (20): 39-42.
Widyarti, M dan Y. Oktavia. 2011. Analisis iklim mikro kandang domba garut system tertutup milik fakultas peternakan IPB. J. Keteknikan Pertanian. 25(1): 37-42.


LAMPIRAN

Lampiran 1. Suhu dan Kelembaban
Hari
Ke-
T. Udara
Rataan
rH Udara (%)
Rataan
Pagi
Siang
Sore
Pagi
Siang
Sore
1
25
29
26
26,7
100
80
91
90,3
2
27
32
28
29
94
66
78
79,3
3
26
31
27
28
88
79
92
86,3
4
28
29
29
28,7
88
79
92
86,3
5
25,1
30,3
26,6
27,5
99
74
99
90,7
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan, 2016.
Lampiran 2. Temperature Humidity Indeks
Hari ke-
Rataan Temperatur Udara
Temperatur Udara
rH Udara (%)
THI
1
26,7
80,06
78,85
78,85
2
29
84,2
81,17
81,17
3
28
82,4
80,52
80,52
4
28,7
83,66
81,68
81,68
5
27,5
81,5
80,34
80,34
Rataan
27,98
82,36
80,51
80,51
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan, 2016.
*) Rumus Temperatur ˚F
˚F = ˚C × 1,8 +32
*) Rrumus Temperatur Humidity Indeks
THI hari ke-1 = T – 0,55 × ( 1 –) × ( T – 58)
Keterangan:
THI = Temperatur Humidity Indeks
T     = Suhu                                         RH      = Kelembaban
Lampiran 3.
Respon Fisiologis
Kambing ke-
T.Rektal
Rataan
F.Nafas
Rataan
F.Nadi
Rataan
P
S
S
P
S
S
P
S
S
1
38,55
39,45
38,95
38,98
26
30
25
27
69
104
98
90
2
38,90
38,65
38,6
38,72
25
29
26
27
86
104
94
95
3
38,07
39,6
39,5
39,06
27
29
25
27
94
102
104
100
4
38,65
39,05
39,5
39,07
29
32
26
29
87
94
99
93
5
39,35
38,6
39,5
39,15
24
29
26
26
81
79
79
80
Sumber: Data Primer Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan, 2016.           
Lampiran 4. Daya Tahan Panas
Kambing ke-
T.Siang
T.Pagi
Indeks Rhoad
Rataan T.Rektal
Rataan F.Nafas
Indeks Benezra
1
39,45
38,55
91
38,98
27
2,34
2
38,65
38,90
102,5
38,6
27
2,33
3
39,6
38,07
84,7
39,5
27
2,34
4
39,0
38,65
96
39,5
29
2,44
5
38,6
39,35
107,5
39,5
26
2,30

*) Rumus Indeks  Rhoad
HTC = 100 – 10 (Tf – T i)
*) Rumus Indeks  Benezra


HTC =  +

Tidak ada komentar:

Posting Komentar