BAB
I
PENDAHULUAN
Kambing potong
merupakan suatu ternak ruminansia yang dipelihara untuk dipotong dan dapat
menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Tinggi rendahnya
tingkat produktivitas kambing dipengaruhi oleh dua faktor yaitu 70% faktor
lingkungan dan 30% genetik. Faktor lingkungan memegang peranan penting saat
membentuk karakter ternak karena memiliki presentase yang lebih tinggi
dibandingkan dengan faktor genetik. Saat kondisi faktor lingkungann tidak
optimal maka akan mempengaruhi produktivitas ternak. Untuk mengetahui pengaruh
lingkungan terhadap produktivitas pada ternak maka dilakukan pengukuran dengan
mengetahui temperatur lingkungan, kelembaban, suhu tubuh, suhu rektal, dan
denyut nadi. Untuk meningkatkan
produktivitas ternak maka salah satu upaya lain selain iklim adalah perbaikan
mutu makanan ternak. Karena pakan ternak merupakan bagian yang sangat penting
dari usaha peternakan.
Tujuan
dari Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan adalah untuk mengetahui respon
fisiologis ternak terhadap lingkungan sehingga peternak dapat menentukan lokasi
yang nyaman untuk ternak sehingga dapat meningkatkan produktivitas ternak.
BAB
II
MATERI
DAN METODE
Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 1
Maret
2016 pukul 06.00 WIB hingga hari Sabtu, tanggal
l5 Maret 2016 pukul 18.00 WIB di Kandang Kambing, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
l5 Maret 2016 pukul 18.00 WIB di Kandang Kambing, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
2.1. Materi
Materi yang digunakan dalam praktikum Manajemen
Lingkungan ternak berupa 5 kambing potong yang terdiri dari 3 kambing Peranakan
Ettawah dan 2 kambing Kacang. Alat yang digunakan dalam praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan adalah hygrometer
yang berfungsi untuk mengukur suhu lingkungan dan kelembaban,
thermometer klinis yang berfungsi untuk mengukur suhu rectal ternak,
stethoscope yang berfungsi untuk mengukur denyut nadi, stopwatch berfungsi untuk member batasan waktu, handlycounter
berfungsi untuk menghitung banyaknya denyut nadi dan frekuensi nafas dan alat
tulis berfungsi untuk mencatat data yang diperoleh.
2.2. Metode
Metode yang digunakan dalam
praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan adalah metode partisipasi aktif yang
dilakukan dengan mengamati ternak di lingkungan kandang kambing.
2.3. Variabel yang Diukur
Variabel yang diukur dalam praktikum Manajemen Lingkungan
Peternakan adalah aspek lingkungan yang terdiri dari suhu dan kelembaban, aspek
fisiologis yang terdiri dari pengukuran suhu rektal, frekuensi nadi, frekuensi
nafas dan HTC yang meliputi Indeks Benezra dan Indeks Rhoad.
Cara kerja
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
2.3.1.
Aspek lingkungan abiotik meliputi :
2.3.1.1. Suhu, pengamatan pada suhu dilakukan sebanyak tiga kali sehari yaitu pada pagi, siang, dan sore dengan menggunakan hygrometer selama 5 hari berturut-turut.
2.3.1.2. Kelembaban, pengamatan kelembaban udara diamati sebanyak tiga kali sehari pagi, siang dan sore dengan menggunakan hygrometer selama 5 hari berturut-turut.
2.3.1.3. Temperature
Humidity Indeks (THI), dihitung dengan menggunakan rumus :
THI = T – 0,55 × ( 1 –) × ( T – 58)
Keterangan :
THI : Temperature Humidity Indeks
T : Temperatur Udara (oF)
rH : Kelembaban Udara (%)
2.3.2.
Aspek
fisiologis kambing meliputi :
2.3.2.1. Suhu rekta; kambing, pengukuran suhu dengan mrnggunakan thermometer klinis dengan dimasukkan ke
dalam rektum kambing sebanyak tiga kali
sehari pada
pagi, siang dan sore.
2.3.2.2. Frekuensi Nafas dan Denyut Nadi, pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali sehari pagi, siang dan sore pada masing-masing kambing. Frekuensi nafas dengan durasi selama 1 menit dihitung frekuensinya dengan didekatkan
tangan pada hidung. Denyut nadi dihitung dengan
didengarkan nadi kambing dengan stetoskop pada bagian samping kaki kiri dalam
durasi 1 menit.
2.3.2.3. Daya tahan panas kambing
Indeks Rhoad dihitung dengan rumus :
HTC = 100 – 10
(Tf – Ti)
Keterangan :
HTC :
Heat Tolerance Coefficient
Tf : Suhu Tubuh Siang
Ti : Suhu Tubuh Pagi
100 : Angka Efisiensi
yang Sempurna
10 : Angka Konstanta
Indeks Benezra dihitung
dengan rumus :
HTC = +
Keterangan :
HCT : Heat Tolerance Coefficient
TB : Rataan Harian Suhu Tubuh Kambing (oC)
FR : Rataan Harian Frekuensi Nafas (1 Menit)
39,4 : Angka Standar Suhu Tubuh Kambing*
20 : Angka Standar Frekuensi Nafas Kambing (1
Menit)*
*) Widiyono et al., 2003
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Faktor Lingkungan
Berdasakan hasil pengamatan dalam praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan diperoleh
data sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan
Faktor Lingkungan
Variabel
|
Hasil Pengamatann
|
T.
Udara ⁰C
|
27,98
|
rH Udara (%)
|
86,58
|
THI
|
80,51
|
Sumber:
Data Primer Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan,
2016.
Keterangan:
THI = T – 0,55 × ( 1 –) × ( T – 58)
3.1.1. Temperatur Udara
Berdasarkan
data yang diperoleh bahwa rata-rata temperatur udara pada hari pertama 26,7⁰C, pada hari kedua 29⁰C, pada hari
ketiga 28⁰C, pada hari keempat 28,7⁰C,
pada hari kelima 27,5⁰C. temperatur udara pada ternak kambing selama lima hari masih dalam keadaan temperatur
yang normal menandakan ternak nyaman
sehingga produktivitas ternaki meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Karstan
(2006) yang menyatakan bahwa suhu lingkungan pada peternakan kambing dinyatakan
optimal pada suhu 25⁰C dan suhu kritisnya apabila suhu lingkungan mencapai
32⁰C
atau lebih. Didukung dengan pendapat Qisthon dan
Widodo (2015) yang menyatakan bahwa daerah thermonetral kambing kisaran dari suhu
18⁰C
sampai dengan suhu
30⁰C.
3.1.2. Kelembaban Udara
Berdasarkan
data yang diperoleh bahwa kelembaban pada hari pertama memiliki rata-rata 90,3%, pada hari kedua 79,3%, pada hari ketiga 86,3%, pada hari keempat 86,3% dan pada hari kelima memiliki rata-rata kelembaban 90,7%. Kelembaban udara pada hari kedua merupakan tingkat kelembaban udara yang normal karena nilainya masih di dalam kisaran batas optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Widyarti dan Oktavia
(2011) yang menyatakan bahwa pada lingkungan perkandangan domba kelembaban udara yang optimal adalah kisaran 60 sampai 80%. Kelembaban udara yang relative tinggi dapat mengakibatkan ternak mengalami
stress karena proses pembuangan panas melalui penguapan dari permukaan tubuh terhambat dan dapat berakibat tumbuhnya jamur di lingkungan
kandang.
Hal ini sesuai dengan pendapat Awabien
(2007) yang menyatakan bahwa apabila kelembaban udara tinggi dapat menyebabkan
proses evaporasi kehilangan panas pada tubuh ternak terhambat sehingga ternak akan
stress.
3.1.3. Temperature Humidity Indeks
Berdasarkan
data yang diperoleh bahwa THI pada hari pertama 78,85⁰F, pada hari kedua 81,17⁰F, pada hari ketiga 80,52⁰F, pada hari keempat 81,68⁰F dan pada hari kelima 80,34⁰F. THI pada kandang produksi kambing
rata-rata 78-82 yang menandakan bahwa
THI pada kandang tersebut pada taraf maksimum, karena THI berkisar antara 50-72. Hal ini sesuai dengan pendapat Vastola
(2015)
yang menyatakan bahwa
THI berkisar antara angka 50, 57, 62 dan 72. THI pada praktikum
yang telah dilakukan mencapai angka 80 yang menandakan udara pada ternak dalam
keadaan tidak nyaman yang berakibat ternak stres. Hal ini oleh pendapat
dari Bernabucci et al. (1999) yang menyatakan bahwa keadaan THI lebih dari 80 maka
lingkungan tersebut dalam keadaan tidak nyaman.
3.2. Respon Fisiologis dan Daya Tahan Kambing
Tabel 2. Hasil Pengamatan
Fisiologis dan Daya Tahan Kambing
Variabel
|
Hasil Pengamatan
|
T.Rektal
|
38,99
|
F.Nafas
|
27,2
|
F.Nadi
|
91,6
|
Indeex Rhoad
|
96,34
|
Indeks Benezra
|
2,35
|
Sumber:
Data Primer Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan,
2016.
3.2.1. Temperatur
Rektal
Berdasarkan hasil
praktikum temperatur rektal pada kambing satu sampai kelima memiliki rataan sebesar sebesar 38,99. Nilai tersebut termasuk mendekati normal dan diduga
ternak sehat, rerataan suhu tubuh pada
kambing sebesar 39,4°C. Hal ini sesuai dengan pendapat Widiyono et al. (2003) yang menyatakan bahwa pada
kambing memiliki rerataan suhu tubuh sebesar 39,4°C. Suhu tubuh berpengaruh pada aktivitas
ternak yang mampu mengendalikan metabolisme tubuhnya secara optimal, faktor
dari suhu tubuh dipengaruhi oleh
suhu
dari lingkungan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Karstan (2006) yang menyatakan bahwa temperatur suhu
tubuh ternak disebabkan karena dari faktor lingkungan dan aktivitas ternak yang
mengakibatkan meningkatnya suhu tubuh
ternak.
3.2.2. Frekuensi
Nadi
Berdasakan hasil
praktikum frekuensi nadi pada kambing memiiki rerataan sebesar 91,6 kali/menit. Nilai tersebut tidak normal karena standar frekuensi nadi
pada kambing di daerah
tropis menunjukan pada angka 70-80
kali/menit. Hal ini sesuai
dengan pendapat Widiyono et al.
(2003) yang menyatakan bahwa frekuensi nadi pada
kambing di dserah tropis menunjukan pada
angka 70-80 kali/menit. Frekuensi
nafas pada kambing
berhubungan erat dengan
sistem kardivaskuler dimana jumlah denyut jantung sama dengan denyut nadi,
dimana frekuensi denyut jantung akan mempengaruhi frekuensi nafas dengan
perbedaan pada metabolisme yang terjadi dalam tubuh ternak tersebut. Menurut
Arifin et al. (2013) bahwa denyut nadi dan frekuensi nafas yang berbeda yang disebabkan karena proses metabolisme dalam tubuh ternak. Aktivitas ternak yang terjadi di dalam kandang akan mempengaruhi frekuensi nafas dari ternak yang mana hasil dari frekuensi merupakan hasil kerja dari aktivitas yang dilakukan.
Arifin et al. (2013) bahwa denyut nadi dan frekuensi nafas yang berbeda yang disebabkan karena proses metabolisme dalam tubuh ternak. Aktivitas ternak yang terjadi di dalam kandang akan mempengaruhi frekuensi nafas dari ternak yang mana hasil dari frekuensi merupakan hasil kerja dari aktivitas yang dilakukan.
3.2.3. Frekuensi
Nafas
Berdasarkan hasil
praktikum pengamatan frekuensi nafas pada kambing satu sampai kelima rerataannya sebesar 27,2 kali/menit. Nilai tersebut tidak normal karena standar
frekuensi nafas pada kambing berkisar 10-20 kali/menit. Hal ini sesuai dengan pendapat Widiyono
et al.(2003) yang menyatakan bahwa nilai frekuensi nafas pada kambing dewasa
berkisar 10-20 kali/menit. Menurut Karstan (2006) kenaikan frekuensi nafas pada
ternak kambing disebabkan oleh suhu
lingkungan yang dalam keadaan
tinggi dan ternak banyak gerak sehingga dapat meningkatkan aktivitas otot pada ternak tersebut.
3.2.4. Indeks Benezra
Berdasarkan hasil pengamatan nilai indeks benezra pada kambing satu sampai
kelima memiliki rerataan
sebesar 2,35.
Nilai tersebut diatas standar karena ternak memiliki tingkat
ketahanan terhadap panas yang baik jika nilai HTC = 2 dan semakin tinggi nilai
HTC berarti semakin rendah tingkat ketahanannya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Arifin et al. (2000) yang menyatakan bahwa nilai standar HTC
pada ternak sebesar 2, semakin tinggi nilainya maka semakin rendah tingkat
ketahanannya, ini dikarenakan semakin besar kenaikan suhu tubuh dan frekuensi
pernafasan. Menurut Fajar dan Isroli (2015) seekor ternak yang tercekam panas
akan direfleksikan pada respon frekuensi nafas dan nadi yang bertujuaan untuk
mempertahankan suhu tubuh supaya tetap dalam kondisi normal.
3.2.5. Indeks
Rhoad
Berdasarkan hasil
praktikum pada pengamatan kambing diperoleh nilai rerataan indeks rhoad pada kambing satu
sampai kambing kelima sebesar 96,34.
Nilai tersebut mendekati nilai 100 dan diindikasikan
ternak tersebut memiliki daya tahan panas yang baik
terhadap lingkungan. HTC atau
koefisien ketahanan panas terdiri dari koefisien rhoad dan benzra. Nilai
normal HTC (rhoad) adalah 100.
Menurut Fajar dan Isroli (2015) Nilai normal indeks rhoad adalah 100, semakin
tinggi kenaikan suhu tubuh dari pagi ke siang maka akan semakin kecil nilai HTC
sehingga semakin mendekati angka 100 maka semakin bagus daya tahan panas
ternak terhadap lingkungan. Kambing potong merupakan salah satu ternak ruminansia
yang memiliki ketahanan yang bagus terhadap suhu lingkungan yang panas. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sejian et al.
(2015) yang menyatakan bahwa kambing merupakan ternak ruminansia yang memiliki
tingkat daya tahan terhadap panas yang bagus.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Simpulan
.Temperatur udara pada lingkungan kandang dalam keadaan
normal, namun kelembaban dan THI tinggi. Suhu rektal normal yang menandakan
ternak dalam keadaan sehat, frekuensi nadi dan nafas tidak normal, melebihi
angka optimal karena ternak dalam keadaan stress dilihat dari THI yang tinggi
dan nafas yang cepat. Hal tersebut dilakukan oleh ternak untuk menstabilkan
kondisi fiologisnya. Berdasarkan perhitungan HTC indeks rhoad dan indeks
benezra ternak kambing tersebut tahan terhadap panas, sehingga cocok untuk
temperatur pada iklim tropis.
4.2. Saran
Sebaiknya
dalam pelaksanaan praktikum setiap kelompok diberikan waktu sendiri-sendiri
supaya dalam pelaksanaannya dalam suasana yang kondunsif dan tidak menyebabkan
ternak stres.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin,
S., H. Nugroho, dan W. Busono. 2000. The htc value (Heat Tolerance Coefficient) of ongole crossbreed cattle (PO)
heifers before and after concentrating in low-land areas. Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya, Malang. (Seminar)
Awabien,
R.L. 2007. Respon Fisiologis Domba
Yang Diberi Minyak Ikan Dalam Bentuk Sabun Kalsium.
Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi).
Bernabucci,
U., P. Bani, B. Ronchi, N. Lacetera, dan A. Nardone. 1999. Influence of short
and long-term exposure to a hot environment on rumen passage rate and diet
digestibility by friesian heifers. J. Dairy Science. 82(5): 967-973.
Fajar,
M.Y., dan Isroli. 2015. Perbedaan respons fisiologis dan daya tahan panas sapi
potong dan perah di UPT.PT-HMT JEMBER. Fakultas Peternakan dan Pertanian
Univeritas Diponegoro. (Seminar)
Karstan,
A.H. 2006. Respon fisiologis ternak kambing yang dikandangkan dan ditambatkan
terhadap konsumsi pakan dan air minum. Jurnal Agroforesti 1(1): 63-73.
Sejian, V., J. Gaughan, L.
Baumgard dan C. Prasad. 2015. Climate Change Impact on Livestock: Adaptation
and Mitigation. Springer, India.
Qisthon,
A dan Y. Widodo. 2015. Pengaruh peningkatan rasio konsentrat dalam ransum kambing
Peranakan ettawah
di lingkungan panas alami terhadap konsumsi ransum,
respons fisiologis dan pertumbuhan.
J. Zootek. 35(2): 351-360.
Vatola, A.
2015. The Sustainability of Agro-Food and Natural Resource Systems in the
Mediterranean Basin. Springer Open, Italy.
Widiyono,
I., H.S. Wuryastuti, S. Indarjulianto, dan H. Purnamaningsih. 2003. Frekuensi
nafas pulsus dan gerak rumen serta suhu tubuh pada kambing peranakan ettawa
selama 3 bulan pertama kehidupan
pascalahir. J. Sain Vet. 21 (20):
39-42.
Widyarti,
M dan Y. Oktavia. 2011. Analisis iklim mikro kandang domba garut
system tertutup milik fakultas peternakan
IPB. J. Keteknikan Pertanian.
25(1): 37-42.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Suhu
dan Kelembaban
Hari
Ke-
|
T. Udara
|
Rataan
|
rH
Udara (%)
|
Rataan
|
||||
Pagi
|
Siang
|
Sore
|
Pagi
|
Siang
|
Sore
|
|||
1
|
25
|
29
|
26
|
26,7
|
100
|
80
|
91
|
90,3
|
2
|
27
|
32
|
28
|
29
|
94
|
66
|
78
|
79,3
|
3
|
26
|
31
|
27
|
28
|
88
|
79
|
92
|
86,3
|
4
|
28
|
29
|
29
|
28,7
|
88
|
79
|
92
|
86,3
|
5
|
25,1
|
30,3
|
26,6
|
27,5
|
99
|
74
|
99
|
90,7
|
Sumber:
Data Primer Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan,
2016.
Lampiran
2. Temperature
Humidity Indeks
Hari ke-
|
Rataan
Temperatur Udara
|
Temperatur
Udara
|
rH
Udara (%)
|
THI
|
1
|
26,7
|
80,06
|
78,85
|
78,85
|
2
|
29
|
84,2
|
81,17
|
81,17
|
3
|
28
|
82,4
|
80,52
|
80,52
|
4
|
28,7
|
83,66
|
81,68
|
81,68
|
5
|
27,5
|
81,5
|
80,34
|
80,34
|
Rataan
|
27,98
|
82,36
|
80,51
|
80,51
|
Sumber:
Data Primer Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan,
2016.
*)
Rumus Temperatur ˚F
˚F = ˚C × 1,8 +32
*)
Rrumus Temperatur Humidity Indeks
THI hari ke-1 = T – 0,55 × ( 1 –) × ( T – 58)
Keterangan:
THI
= Temperatur Humidity Indeks
T
= Suhu RH =
Kelembaban
Lampiran 3. Respon Fisiologis
Lampiran 3. Respon Fisiologis
Kambing ke-
|
T.Rektal
|
Rataan
|
F.Nafas
|
Rataan
|
F.Nadi
|
Rataan
|
||||||
P
|
S
|
S
|
P
|
S
|
S
|
P
|
S
|
S
|
||||
1
|
38,55
|
39,45
|
38,95
|
38,98
|
26
|
30
|
25
|
27
|
69
|
104
|
98
|
90
|
2
|
38,90
|
38,65
|
38,6
|
38,72
|
25
|
29
|
26
|
27
|
86
|
104
|
94
|
95
|
3
|
38,07
|
39,6
|
39,5
|
39,06
|
27
|
29
|
25
|
27
|
94
|
102
|
104
|
100
|
4
|
38,65
|
39,05
|
39,5
|
39,07
|
29
|
32
|
26
|
29
|
87
|
94
|
99
|
93
|
5
|
39,35
|
38,6
|
39,5
|
39,15
|
24
|
29
|
26
|
26
|
81
|
79
|
79
|
80
|
Sumber:
Data Primer Praktikum Manajemen Lingkungan Peternakan,
2016.
Lampiran 4.
Daya Tahan Panas
Kambing ke-
|
T.Siang
|
T.Pagi
|
Indeks Rhoad
|
Rataan T.Rektal
|
Rataan F.Nafas
|
Indeks Benezra
|
1
|
39,45
|
38,55
|
91
|
38,98
|
27
|
2,34
|
2
|
38,65
|
38,90
|
102,5
|
38,6
|
27
|
2,33
|
3
|
39,6
|
38,07
|
84,7
|
39,5
|
27
|
2,34
|
4
|
39,0
|
38,65
|
96
|
39,5
|
29
|
2,44
|
5
|
38,6
|
39,35
|
107,5
|
39,5
|
26
|
2,30
|
*) Rumus Indeks Rhoad
HTC = 100 – 10 (Tf –
T i)
*) Rumus Indeks Benezra
HTC = +
Tidak ada komentar:
Posting Komentar